"Tolong tokno bojoku, Pak! Tolong tokno bojoku, Pak!, Pak, Tolong tokno bojoku!. (Tolong keluarkan suami saya, Pak! Tolong keluarkan suami saya, Pak! Pak, tolong keluarkan suami saya!). Namun teriakan saya sepertinya tidak didengar dan tidak digubris akibat terlalu sesaknya manusia," katanya lirih.
Baca juga: Vicky dan Ingatan yang Hilang tentang Tragedi Kanjuruhan...
Elmiati saat itu kesulitan bernapas. Matanya terasa perih akibat asap gas air mata.
Ia pun sudah pasrah dengan hidupnya saat itu. Ia tidak tahu bisa bertahan berapa lama di lorong itu dalam kondisi berdempet-dempetan.
"Tidak lama kemudian, seseorang tidak saya kenal menarik saya kembali naik tangga menuju tribune. Saya tidak mengenal orang itu. Ternyata ia menolong saya karena saya dikira adiknya," tuturnya.
Beberapa waktu kemudian salah seorang datang menghampirinya. Ia minta dikirimi foto suami dan anaknya, untuk membantu pencarian.
"Saudara saya itu meminta saya untuk tetap diam duduk di tribune. Ia akan mencari keberadaan suami dan anak saya," jelasnya.
Beberapa waktu kemudian, kakak iparnya datang ke menghampiri Elmiati di tribune. Ia mengatakan kepada Elmiati bahwa anak dan suaminya sudah berada di parkiran.
"Saya agak lega. Namun, berselang kemudian, sekitar 30 menit saya merasa curiga karena kakak ipar ini tidak kunjung mengajak saya turun menemui suami dan anak saya," terangnya.
"Akhirnya saya segera mengajak kakak ipar saya untuk segera keluar menemui suami dan anak saya. Namun, kakak ipar tetap saja terdiam, sambil memegang ponselnya terus menerus," imbuh dia.
Baca juga: Gate 13, Tempat Sakral Saksi Bisu Tragedi Kanjuruhan
Ternyata, sang kakak ipar sebetulnya belum menemukan suami dan anaknya. Dia mengatakan hal tersebut agar Elmiati yang tampak panik bisa tenang.
Seseorang kemudian memberikan informasi pada Elmiati bahwa suami dan anak balitanya berada di rumah sakit.
"Saat itu anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan dan suami di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. Saya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan. Namun, saya terkejut ternyata saya di bawa ke kamar mayat. Di situ saya tidak kuat dan menolak masuk," tambahnya.
Elmiati masih inggat betul, pukul 02.00 WIB dini hari, anak dan suami saya dibawa pulang menggunakan ambulans.
"Suami dan anak saya tidak berdosa meninggal begitu saja," dia berkaca-kaca.
Suami dan anaknya dimakamkan berdampingan di kawasan Jalan Sumpil, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
"Sampai saat ini, setiap hari kamis saya ziarah ke makam suami dan anak saya," ujar Elmiati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.