Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Terakhir Elmiati bersama Anak Balita dan Suaminya di Stadion Kanjuruhan

Kompas.com - 01/10/2023, 06:00 WIB
Imron Hakiki,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Satu tahun berlalu sejak tragedi yang merenggut 135 nyawa terjadi di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Namun ingatan orang terdekat tentang para korban selalu lekat. Tim Kompas.com melaporkan cerita perjuangan mereka berdamai dengan waktu.

MALANG, KOMPAS.com - Salah satu rumah di kawasan Dusun Genitri, Desa Toyomarto, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang tersebut tampak sepi.

Beberapa saat setelah Kompas.com mengucap salam, Elmiati (30) keluar dan mempersilakan masuk.

Baca juga: Cerita Kholifah Setiap Hari ke Makam Sang Anak yang Meninggal Saat Tragedi Kanjuruhan: Ibu Kangen Nduk...

Rumah tersebut tidak terlalu besar. Pada dinding-dindingnya, terdapat sejumlah foto. Yang paling menarik perhatian adalah foto Elmiati dengan suaminya Rudi Hartono (34) dan anak balita mereka, Muhammad Virdy Prayoga (3,5).

Foto itu diambil sebelum laga Arema kontra Persebaya berlangsung pada 1 Oktober 2022.

Siapa sangka, foto tersebut menjadi foto terakhir yang mengabadikan kebersamaan mereka.

Baca juga: Kerinduan Kholifah pada Anaknya yang Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan

"Foto itu ini adalah momen kebersamaan terakhir saya dan suami saya waktu itu, Di Stadion Kanjuruhan saat menonton pertandingan Arema FC, sebelum keduanya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan," ungkap Elmiati dengan suara lirih, Kamis (28/9/2023).

Kerap menangis

Situasi depan gate 13 pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.
KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Situasi depan gate 13 pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.

Kepergian suami dan anak balitanya masih meninggalkan duka mendalam bagi Elmiati, meski satu tahun telah berlalu.

Malam demi malam dia lalui tanpa melupakan ingatan tentang kejadian kelam di Stadion Kanjuruhan Malang itu.

Baginya, hari tersebut adalah hari terpahit di hidupnya. Setiap memori itu melintas, atau bahkan singgah lebih lama, air matanya tumpah.

"Kalau teringat, saya memutar video-video kerusuhan itu. Meski pada akhirnya saya selalu tidak kuat menahan tangis. Namun, hanya video itulah yang saya punya untuk mengenang hilangnya suami dan anak bungsu saya," jelasnya.

Baca juga: Vicky dan Ingatan yang Hilang tentang Tragedi Kanjuruhan...

Menghela napas dan ikhlas. Itulah cara Elmiati mencoba berdamai dengan waktu.

Meski perempuan kelahiran Kecamatan Blimbing, Kota Malang itu mengaku belum puas sepenuhnya dengan vonis terhadap mereka yang dinilai bertanggung jawab.

"Kalau pada proses hukum saya belum puas," katanya singkat.

Pertandingan pertama yang ia saksikan

Situasi dalam stadion pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Situasi dalam stadion pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.

Elmiati mengenang kembali saat di mana dia bersama suami dan anak bungsunya berangkat ke Stadion Kanjuruhan untuk menonton pertandingan.

Laga Arema melawan Persebaya saat itu adalah pertandingan bola pertama yang disaksikan oleh Elmiati secara langsung.

"Kami sebenarnya bukan suporter fanatik Arema FC. Suami saya hanya beberapa kali nonton pertandingan Arema FC di Stadion Kanjuruhan, dan saya baru pertama nonton saat itu," jelasnya.

Baca juga: 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan dan Memori Berpisahnya 2 Sahabat

Mereka berangkat bersama dengan saudara-saudara dengan menaiki motor, menempuh perjalanan 29 kilometer dari rumahnya saat itu, Jalan Sumpil, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

"Kami berangkat bersama saudara-saudara sekitar 10 orang, mengendari sepeda motor masing-masing," tuturnya.

Sesampainya di Stadion Kanjuruhan, Elmiati duduk di tribun 13, berdampingan dengan anak dan sang suami.

"Tidak ada luapan emosi maupun perasaan senang, atas kemenangan maupun kekalahan Arema FC. Sebab kami memang bukan suporter fanatik. Seperti yang saya katakan, kami nonton hanya untuk menghibur anak kami," ujarnya.

Suasana bahagia tiba-tiba berubah menjadi kepanikan. Kericuhan pecah di tengah pertandingan. Saat itu mulanya Elmiati, anak, dan suaminya tetap memilih duduk di tribune.

"Suporter yang ada di tribun tempat kami duduk, juga ribut dengan teriakan emosi akibat kekalahan Arema FC. Namun, kami tetap duduk. Suami saya berusaha menenangkan dan bersiap untuk melindungi kami apabila keributan terjadi," papar Elmiati.

Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Pelatih Persib: Sepak Bola untuk Bersama

Gas air mata

Pasukan polisi dituduh menembakkan gas air mata ke arah tribun pada peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).(GETTY IMAGES via BBC INDONESIA) Pasukan polisi dituduh menembakkan gas air mata ke arah tribun pada peristiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Tak diduga, gas air mata melesat ke tribune 13, tempat Elmiati dan keluarganya duduk.

"Saat itulah, para suporter berhamburan. Kami pun bergegas menuju pintu keluar," katanya.

Sang suami, kata dia, menggendong putranya. Namun, di tangga pintu keluar tribune 13, menurut Elmiati, para suporter bertumpuk dan berdesak-desakan. Mereka saling berebut untuk keluar. 

"Kami agak sulit bernapas, karena selain asap gas air mata juga karena terlalu berdesak-desakan," katanya.

Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Kenakan Pita Hitam dan Mengheningkan Cipta

Di tengah situasi antara hidup dan mati itulah, Elmiati terpisah dengan anak dan suaminya.

"Saya tidak tahu. Tiba-tiba kami terpisah. Saya hanya meyakini suami dan anak saya sudah di depan pintu keluar. Karena mulai dari tribune, suami saya lari di depan saya," tuturnya.

Saat itu, Elmiati mengaku berada di pojok lorong sebelum pintu keluar, tidak bisa bergerak akibat berjubelnya manusia.

Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Arema FC Kenakan Pita Hitam dan Mengheningkan Cipta

Ditarik

Situasi dalam stadion pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Situasi dalam stadion pasca Tregedi Kanjuruhan yang mulai pelaksanaan renovasi dan revitalisasi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.

Di pojok lorong itu, Elmiati mengaku sempat melihat petugas pembantu keamanan dan keselamatan (steward) berjarak sekitar 1-2 meter di depannya.

Yang ada di pikiran Elmiati saat itu adalah meminta tolong agar suami dan anaknya diselamatkan. Berulang-ulang dia menjerit sampai suaranya parau.

"Tolong tokno bojoku, Pak! Tolong tokno bojoku, Pak!, Pak, Tolong tokno bojoku!. (Tolong keluarkan suami saya, Pak! Tolong keluarkan suami saya, Pak! Pak, tolong keluarkan suami saya!). Namun teriakan saya sepertinya tidak didengar dan tidak digubris akibat terlalu sesaknya manusia," katanya lirih.

Baca juga: Vicky dan Ingatan yang Hilang tentang Tragedi Kanjuruhan...

Elmiati saat itu kesulitan bernapas. Matanya terasa perih akibat asap gas air mata.

Ia pun sudah pasrah dengan hidupnya saat itu. Ia tidak tahu bisa bertahan berapa lama di lorong itu dalam kondisi berdempet-dempetan.

"Tidak lama kemudian, seseorang tidak saya kenal menarik saya kembali naik tangga menuju tribune. Saya tidak mengenal orang itu. Ternyata ia menolong saya karena saya dikira adiknya," tuturnya.

Berpisah selamanya

Banner menolak lupa atas Tregedi Kanjuruhan yang berada didepan pintu gerbang di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Banner menolak lupa atas Tregedi Kanjuruhan yang berada didepan pintu gerbang di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2023) siang.

Beberapa waktu kemudian salah seorang datang menghampirinya. Ia minta dikirimi foto suami dan anaknya, untuk membantu pencarian.

"Saudara saya itu meminta saya untuk tetap diam duduk di tribune. Ia akan mencari keberadaan suami dan anak saya," jelasnya.

Beberapa waktu kemudian, kakak iparnya datang ke menghampiri Elmiati di tribune. Ia mengatakan kepada Elmiati bahwa anak dan suaminya sudah berada di parkiran.

"Saya agak lega. Namun, berselang kemudian, sekitar 30 menit saya merasa curiga karena kakak ipar ini tidak kunjung mengajak saya turun menemui suami dan anak saya," terangnya.

"Akhirnya saya segera mengajak kakak ipar saya untuk segera keluar menemui suami dan anak saya. Namun, kakak ipar tetap saja terdiam, sambil memegang ponselnya terus menerus," imbuh dia.

Baca juga: Gate 13, Tempat Sakral Saksi Bisu Tragedi Kanjuruhan

Ternyata, sang kakak ipar sebetulnya belum menemukan suami dan anaknya. Dia mengatakan hal tersebut agar Elmiati yang tampak panik bisa tenang.

Seseorang kemudian memberikan informasi pada Elmiati bahwa suami dan anak balitanya berada di rumah sakit. 

"Saat itu anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan dan suami di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen. Saya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan. Namun, saya terkejut ternyata saya di bawa ke kamar mayat. Di situ saya tidak kuat dan menolak masuk," tambahnya.

Elmiati masih inggat betul, pukul 02.00 WIB dini hari, anak dan suami saya dibawa pulang menggunakan ambulans.

"Suami dan anak saya tidak berdosa meninggal begitu saja," dia berkaca-kaca.

Suami dan anaknya dimakamkan berdampingan di kawasan Jalan Sumpil, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

"Sampai saat ini, setiap hari kamis saya ziarah ke makam suami dan anak saya," ujar Elmiati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cerita Mochammad Abdul Aziz, Jemaah Haji Termuda di Jatim, Gantikan Ayah yang Meninggal

Cerita Mochammad Abdul Aziz, Jemaah Haji Termuda di Jatim, Gantikan Ayah yang Meninggal

Surabaya
Asyik Berduaan dengan Pacar, Pria di Kota Malang Disabet Golok Orang Tidak Dikenal

Asyik Berduaan dengan Pacar, Pria di Kota Malang Disabet Golok Orang Tidak Dikenal

Surabaya
Pasutri Bojonegoro Bisa Haji dari Penghasilan Parkir, Sisihkan Uang untuk Infak

Pasutri Bojonegoro Bisa Haji dari Penghasilan Parkir, Sisihkan Uang untuk Infak

Surabaya
Kronologi Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Barang Muatan Ludes

Kronologi Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Barang Muatan Ludes

Surabaya
Bom Ikan Meledak di Pasuruan Jatim, Satu Orang Tewas

Bom Ikan Meledak di Pasuruan Jatim, Satu Orang Tewas

Surabaya
Siswa SMAN 2 Kota Batu Raih Medali Emas Kejuaraan Internasional Sepeda Downhill di Malaysia

Siswa SMAN 2 Kota Batu Raih Medali Emas Kejuaraan Internasional Sepeda Downhill di Malaysia

Surabaya
Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Paket dalam Boks Hangus

Truk Ekspedisi Terbakar di Tol Solo-Madiun, Paket dalam Boks Hangus

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Surabaya
Banjir Rob Terjang Belasan Rumah Warga di Situbondo

Banjir Rob Terjang Belasan Rumah Warga di Situbondo

Surabaya
70 Calon Haji di Embarkasi Surabaya Batal Berangkat Tahun 2024

70 Calon Haji di Embarkasi Surabaya Batal Berangkat Tahun 2024

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com