Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Perajin Genteng Manyaran Kediri di Tengah Terpaan Zaman

Kompas.com, 23 Juni 2022, 17:03 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Para perajin di desa itu menjalankan usahanya secara turun temurun dan tidak sedikit yang masih berhubungan kerabat.

Agus Widodo misalnya, adalah generasi ketiga dari usaha genteng di lingkup keluarganya. Dia berdikari setelah ikut kerja Nohari (63), bapaknya.

Nohari sendiri, yang lebih sepuh, tidak mengetahui pasti kapan mulai ada produksi genteng di desanya. Hanya saja dia mengingat bahwa kisaran tahun 1985-an mulai ada modernisasi industri.

"Peralatan-peralatan yang dari kayu itu mulai berganti logam. Misalnya alat cetaknya," ungkap Nohari.

Baca juga: Masih Ada Kasus Pembuangan Bayi di Kediri, Ternyata Begini Prosedur Perawatan Setelah Ditemukan

Dari situ, lanjut Nohari, produksi genteng di desanya semakin maju. Apalagi para perajin banyak mendapat berbagai pelatihan dari pemerintah maupun pihak swasta.

"Semua itu tak lepas dari jasa Pak Sahlan, yang memajukan industri genteng sini," lanjut Nohari yang merupakan anak Sahlan ini.

Bahkan dari Sahlan pula, di desa tersebut dulunya terbentuk koperasi perajin genteng. Dari koperasi itu jaminan pasar maupun jangkauan menjadi semakin luas.

Agus Widodo menambahkan, sentra industri mendapatkan kejayaan di era tahun 90-an sampai tahun 2000.

Baca juga: Detik-detik Innova Tertabrak Kereta Api di Kediri, Terpental hingga Terguling ke Parit

Saat itu, kata dia, seluruh genteng yang diproduksi warga desa hanya dilabeli atau cap M, yang merujuk Manyaran sebagai nama desa.

Saat itu pula, kata Widodo, jumlah perajin bertambah pesat mencapai 300 perajin. Otomatis banyak menyerap tenaga kerja yang tidak hanya dari desanya sendiri.

"Orang-orang luar desa pada datang ke sini. Dulu jadi jujukan orang mencari kerja," lanjut Widodo yang menamai Karya Indah untuk produk gentingnya ini.

Namun perkembangan desanya itu perlahan mengalami penurunan. Tidak sedikit perajin yang kolaps lalu menutup usaha.

Penutupan itu, Widodo menganalisa, terjadi karena beberapa faktor. Misalnya karena banyaknya generasi muda yang ogah bekerja di bidang industri genteng.

Baca juga: Menteri ATR Hadi Tjahjanto Bentuk Satgas Atasi Konflik Lahan di Kediri

"Banyak generasi muda sini yang memilih bekerja di luaran sana. Padahal kalau ditekuni, hasil usaha genteng juga gak kalah," ujarnya.

Lalu faktor selanjutnya, masih kata Widodo, adalah susahnya mendapatkan tanah liat sebagai bahan baku genteng.

Bahan baku itu sendiri, kata Widodo, memang menggunakan tanah liat yang berasal dari desanya sendiri karena mempunyai kualitas bagus.

Namun saat ini semakin susah mendapatkannya karena lahan yang ada semakin menyempit seiring pertambahan penduduk.

"Apalagi kawasan Manyaran juga masuk dalam kawasan bandara. Jadi akan semakin susah mendapatkan bahan," ujarnya.

Baca juga: Kasus Kredit Macet Bank Jatim Rp 4,7 Milliar, Mantan Pimpinan Cabang Ditahan Kejaksaan

Selain itu berkurangnya jumlah perajin juga karena faktor persaingan usaha yang ketat.

Tidak hanya antar produsen genteng dari berbagai tempat, tetapi juga dengan atap logam maupun beton.

"Sekarang kan banyak masyarakat yang bangun rumah atapnya pakai atap lain, bukan genteng," ujar Widodo.

Perihal atap nongenting tanah liat itu, memang dirasa lebih terjangkau dari sisi harga sehingga bisa menghemat biaya.

"Sekaligus efisien dalam pemasangannya dan hemat ongkos tukang," ujar Faisol (23), pemilik toko bangunan di Cerme, Kecamatan Gringging ini.

Dia mencontohkan, satu meter persegi atap membutuhkan genteng sekitar 25 biji dengan harga kisaran @ Rp 2.500. Padahal untuk asbes ukuran 80x180 harganya cuma sekitar Rp 65.000 bahkan banyak yang lebih murah.

"Kalau rumah hunian masih banyak yang pakai genteng. Tapi kalau pembangunan skala besar biasanya atap logam," jelas Faisol.

Baca juga: Pria di Kediri Dihajar Warga Usai Menjambret, Ternyata Dompet yang Dicuri Berisi Rp 4.000

Halaman:


Terkini Lainnya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau