Hiruk pikuk aktivitas pembuatan genteng di rumah-rumah warga sangat kentara ketika musim panas di Manyaran.
Apalagi rata-rata tempat produksinya berada di pinggir jalan dan tidak ada penutup khusus sebagaimana umumnya pabrik, sehingga akan mudah terlihat.
Mata akan tertuju pada hamparan genteng yang tertata rapi.
Pada bagian bawahnya diberi alas terpal untuk melindungi dari debu atau kotoran yang berpotensi merusak permukaan genteng yang masih basah.
Baca juga: Gelar Pemilihan Inu Kirana, Bupati Kediri Harap Peserta Mengenal Identitas dan Budaya Lokal
Tangan perajin sesekali membalik genteng itu agar masing-masing sisi mendapatkan cukup paparan sinar matahari.
"Mumpung cuaca cukup panas, Mas," ujar Saini (40), salah satu perajin yang tengah menjemur genteng dibantu Beni (20), anaknya.
Teriknya sinar matahari adalah berkah bagi para perajin. Sebab, asupan sinar yang cukup akan membentuk kualitas genting yang bagus dan otomatis mempercepat proses produksi.
Adapun musim penghujan adalah cobaan. Sebab genteng rawan kerusakan karena aktivitas bongkar pasang saat penjemuran.
Baca juga: Hendak Padamkan Kebakaran, Truk Damkar di Kediri Tabrak Pagar hingga Terguling, 2 Orang Luka
"Kadang sehari karena panas kita jemur lalu tiba-tiba mendung ya kita tarik lagi. Lalu panas, ya mau enggak mau harus dikeluarkan lagi untuk dijemur. Kalau enggak hati-hati bisa banyak yang rusak," lanjut Saini.
Selain rawan kerusakan, musim penghujan juga membuat waktu produksi menjadi molor. Sehingga bisa berdampak pada penambahan biaya produksi.
Baca juga: 2 Arca Kepala Kala Dievakuasi dari Dalam Sungai di Kediri