Terkadang, kerusakan terjadi karena faktor lain. Misalnya lokasi penjemuran yang sangat dekat dengan jalan sehingga terlindas kendaraan yang melintas terlalu ke pinggir.
Pemandangan lainnya yang tidak kalah mencolok adalah Lio atau bangunan tempat pembakaran genteng. Warga setempat menyebutnya Jubung atau Jobong.
Bangunan berbahan bata itu mirip rumah dengan dinding di setiap sisi dan atap bagian atasnya. Strukturnya bertingkat dua. Bagian bawah untuk tempat api pembakaran dan bagian atas tempat genteng yang dibakar.
Jika dilihat lebih dekat, pada struktur bawah nampak rongga besar untuk memasukkan kayu bakar. Juga rongga-rongga berukuran kecil di sekitarnya untuk ventilasi pembakaran.
Baca juga: Masih Ada Kasus Pembuangan Bayi di Kediri, Ternyata Begini Prosedur Perawatan Setelah Ditemukan
Ada yang berbentuk kubus juga persegi panjang, tergantung kebutuhan kapasitas pembakaran.
Jubung yang mirip oven raksasa itu kadang terletak di samping, belakang, bahkan ada juga yang berada di depan rumah karena disesuaikan dengan kemudahan aksesnya.
Pemandangan selanjutnya, adalah tumpukan tanah liat sebagai bahan genteng, alat penggilingan hingga pencetakannya.
"Jadi cara buat genteng itu dari tanah liat yang digiling, dipres, dicetak, dijemur, kemudian dipanaskan dengan suhu tinggi melalui tempat pembakaran itu," ujar Agus Widodo (40), perajin lainnya.
Baca juga: Didorong Bupati Kediri, Permukiman Baru Warga Terdampak Bandara Segera Teraliri Listrik
Pembakaran itu adalah proses terakhir, sebelum genteng didistribusikan ke pelanggan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
"Jadi kalau penjemurannya enggak maksimal, kadar airnya masih tinggi, saat dibakar akan pecah. Semakin banyak yang pecah semakin merugi," lanjut Agus Widodo.
Baca juga: Masih Ada Kasus Pembuangan Bayi di Kediri, Ternyata Begini Prosedur Perawatan Setelah Ditemukan