Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Keracunan Massal Kolak Posyandu di Blitar Bertambah Jadi 70 Orang, 29 Rawat Inap

Kompas.com, 13 Mei 2025, 20:58 WIB
Asip Agus Hasani,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Jumlah warga yang mengalami gejala keracunan pangan usai mengonsumsi kolak kacang hijau yang dibagikan di posyandu Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, bertambah menjadi 70 orang.

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, dari 70 orang tersebut, sebanyak 29 orang menjalani rawat inap, bertambah 7 orang dari data sebelumnya yang mencatat 22 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati, mengatakan bahwa bertambahnya jumlah korban yang diduga mengalami gejala keracunan pangan tersebut terjadi setelah pihaknya melakukan penelusuran atas insiden tersebut.

“Total ada 70 orang yang mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan diare. Awalnya jumlah yang rawat inap 27 orang, tapi pagi ini tadi tambah 2 lagi, jadi yang rawat inap menjadi 29 orang,” ujar Christine saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (13/5/2025) malam.

Baca juga: 64 Orang di Blitar Diduga Keracunan Kolak Kacang Hijau Saat Pemeriksaan Kesehatan

Dengan demikian, jumlah total korban tersebut bertambah 6 orang dari data yang dirilis pihak kepolisian pada Senin, 12 Mei 2025, siang.

Sedangkan data jumlah korban yang menjalani rawat inap bertambah 7 orang dari data kepolisian sebelumnya yang mencatat 22 orang.

Baca juga: Cerita Lansia Korban Keracunan di Posyandu Blitar: Rasa Kolak Kacang Hijaunya Kecut

Christine membenarkan bahwa kebanyakan dari korban adalah warga lanjut usia (lansia) karena memang kegiatan pemeriksaan kesehatan di posyandu tersebut sedang ditujukan bagi warga lansia.

Pada kegiatan pemeriksaan kesehatan yang diawali dengan senam pagi pada Sabtu, 11 Mei 2025, terdapat pembagian makanan berupa kolak kacang hijau dan buah pisang.

“Kolak kacang hijau dan buah pisang yang dibagikan tidak semuanya dikonsumsi di tempat, tetapi sebagian dibawa pulang dan di rumah kemudian dimakan oleh anak atau cucu, sehingga ada beberapa korban yang masih muda bahkan masih balita,” tuturnya.

Begitu juga dengan 29 korban yang harus menjalani rawat inap di sejumlah fasilitas kesehatan, kata dia, tidak semuanya merupakan warga lansia.

Ditanya mengenai kondisi 29 warga yang menjalani rawat inap, Christine mengatakan bahwa rata-rata sudah membaik meskipun masih mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare.

“Yang menjalani rawat inap ini karena muntah-muntah atau diare terus-menerus hingga mengalami dehidrasi. Maka harus segera diberikan pertolongan cepat dan cairan tubuh melalui infus,” ungkapnya.

“Kondisi yang rawat inap sudah membaik meskipun masih diare, masih mual, tapi berangsur sudah berkurang,” tambah Christine.

Ia juga membenarkan bahwa penyebab keracunan massal itu diduga kuat berasal dari kolak kacang hijau yang dibagikan pada kegiatan tersebut.

“Ada kemungkinan kolak kacang hijau ini dikonsumsi ketika sudah agak basi. Karena berdasarkan keterangan dari sejumlah korban, beberapa mengaku rasanya agak masam. Tapi tetap dikonsumsi,” tuturnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau