BLITAR, KOMPAS.com – Jumlah warga yang mengalami gejala keracunan pangan usai mengonsumsi kolak kacang hijau yang dibagikan di posyandu Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, bertambah menjadi 70 orang.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, dari 70 orang tersebut, sebanyak 29 orang menjalani rawat inap, bertambah 7 orang dari data sebelumnya yang mencatat 22 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawati, mengatakan bahwa bertambahnya jumlah korban yang diduga mengalami gejala keracunan pangan tersebut terjadi setelah pihaknya melakukan penelusuran atas insiden tersebut.
“Total ada 70 orang yang mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan diare. Awalnya jumlah yang rawat inap 27 orang, tapi pagi ini tadi tambah 2 lagi, jadi yang rawat inap menjadi 29 orang,” ujar Christine saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (13/5/2025) malam.
Baca juga: 64 Orang di Blitar Diduga Keracunan Kolak Kacang Hijau Saat Pemeriksaan Kesehatan
Dengan demikian, jumlah total korban tersebut bertambah 6 orang dari data yang dirilis pihak kepolisian pada Senin, 12 Mei 2025, siang.
Sedangkan data jumlah korban yang menjalani rawat inap bertambah 7 orang dari data kepolisian sebelumnya yang mencatat 22 orang.
Baca juga: Cerita Lansia Korban Keracunan di Posyandu Blitar: Rasa Kolak Kacang Hijaunya Kecut
Christine membenarkan bahwa kebanyakan dari korban adalah warga lanjut usia (lansia) karena memang kegiatan pemeriksaan kesehatan di posyandu tersebut sedang ditujukan bagi warga lansia.
Pada kegiatan pemeriksaan kesehatan yang diawali dengan senam pagi pada Sabtu, 11 Mei 2025, terdapat pembagian makanan berupa kolak kacang hijau dan buah pisang.
“Kolak kacang hijau dan buah pisang yang dibagikan tidak semuanya dikonsumsi di tempat, tetapi sebagian dibawa pulang dan di rumah kemudian dimakan oleh anak atau cucu, sehingga ada beberapa korban yang masih muda bahkan masih balita,” tuturnya.
Begitu juga dengan 29 korban yang harus menjalani rawat inap di sejumlah fasilitas kesehatan, kata dia, tidak semuanya merupakan warga lansia.
Ditanya mengenai kondisi 29 warga yang menjalani rawat inap, Christine mengatakan bahwa rata-rata sudah membaik meskipun masih mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare.
“Yang menjalani rawat inap ini karena muntah-muntah atau diare terus-menerus hingga mengalami dehidrasi. Maka harus segera diberikan pertolongan cepat dan cairan tubuh melalui infus,” ungkapnya.
“Kondisi yang rawat inap sudah membaik meskipun masih diare, masih mual, tapi berangsur sudah berkurang,” tambah Christine.
Ia juga membenarkan bahwa penyebab keracunan massal itu diduga kuat berasal dari kolak kacang hijau yang dibagikan pada kegiatan tersebut.
“Ada kemungkinan kolak kacang hijau ini dikonsumsi ketika sudah agak basi. Karena berdasarkan keterangan dari sejumlah korban, beberapa mengaku rasanya agak masam. Tapi tetap dikonsumsi,” tuturnya.
Meski demikian, kata dia, penyebab pasti dari insiden keracunan massal tersebut baru akan dapat disimpulkan nanti setelah sampel makanan selesai diperiksa di laboratorium.
“Apakah ada kontaminasi bakteri atau jamur, misalnya. Apakah berasal dari kacang hijaunya, atau santannya, atau gulanya?” tutur Christine.
Diberitakan sebelumnya, puluhan orang mengalami gejala mual, muntah, dan diare usai mengonsumsi kolak kacang hijau dan buah pisang yang dibagikan selama kegiatan pemeriksaan kesehatan di posyandu khusus lansia di Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Sabtu, 11 Mei 2025.
Meski hanya 57 lansia yang mengikuti kegiatan tersebut, namun pihak penyelenggara menyediakan 90 hingga 100 paket kolak dan pisang untuk dibagikan ke peserta dan lainnya.
Insiden keracunan massal ini juga tengah dalam penyelidikan pihak Satreskrim Polres Blitar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang