BLITAR, KOMPAS.com - Sejumlah 64 orang keracunan makanan diduga karena mengonsumsi kolak kacang hijau yang dibagikan.
Pembagian kolak kacang ini terjadi dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi warga lanjut usia (lansia) di Dusun Sidorejo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 orang yang hampir seluruhnya merupakan warga lansia hingga saat ini masih menjalani rawat inap di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan.
Kepala Seksi Humas Polres Blitar Ipda Putut Siswahyudi mengatakan bahwa keracunan massal yang diduga disebabkan oleh konsumsi kolak kacang hijau itu mengakibatkan 64 orang mengalami gejala diare dan muntah-muntah.
Baca juga: Ratusan Siswa Keracunan Makanan, MBG di Sumsel Dihentikan Sementara
"Berdasarkan pendataan pihak Satreskrim Polres Blitar bersama tim dinas kesehatan, 42 orang rawat jalan dan 22 rawat inap," ujar Putut kepada awak media, Senin (12/5/2025) malam.
Putut mengatakan bahwa dari keseluruhan korban tersebut, sebanyak 57 orang lansia berusia 58 hingga 80 tahun yang menjadi peserta kegiatan pemeriksaan kesehatan.
Sisanya adalah warga lainnya yang ikut mengonsumsi kolak kacang hijau yang dibagikan pada kegiatan yang digelar posyandu desa itu.
Kata Putut, peristiwa keracunan massal itu berawal dari adanya pemeriksaan kesehatan oleh posyandu pada Sabtu, 10 Mei 2025, pagi yang diikuti 57 lansia.
Sebelum mengikuti pemeriksaan kesehatan, para lansia diminta bersama-sama melakukan senam pagi diikuti dengan pembagian makanan berupa satu bungkus kolak kacang hijau dan dua potong pisang.
Baca juga: Ratusan Siswa SMP Negeri 35 Bandung Alami Keracunan Makanan Bergizi Gratis
Keesokan harinya pada Minggu, 11 Mei 2025, para peserta mengeluhkan gejala mual, muntah dan diare kepada bidan desa.
Selanjutnya, bidan desa mengarahkan para korban memeriksakan diri ke puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
"Kami sudah mengamankan sampel makanan untuk diuji di laboratorium kesehatan. Informasi awal dari pihak puskesmas, kemungkinan keracunan disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang