Perjuangan keras dan ketekunan yang dilakukan Mbah So untuk merawat Tari Topeng Kaliwungu, rupanya belum banyak diketahui.
Pasalnya, sampai saat ini, ia baru menerima satu kali penghargaan yakni dari Pemerintah Kabupaten Lumajang. Selebihnya, belum ada yang menaruh perhatian kepadanya.
"Penghargaan ini dari Pak Thoriq sama dikasih uang. Lainnya ya enggak ada," terang Mbah So.
Satu-satunya keinginan Mbah So dan belum tercapai hingga saat ini adalah menerima penghargaan langsung dari Presiden Republik Indonesia di Istana Negara.
Meski begitu, kata Mbah So, penghargaan bukan jadi tujuan utamanya. Ia hanya ingin bercerita kepada Presiden tentang indahnya Tari Topeng Kaliwungu.
"(Penghargaan) kalau Presiden ya kepingin. Mau cerita nanti tentang Topeng Kaliwungu," ungkapnya.
Baca juga: Jalan Kaliwungu-Boja di Kendal Kurang Penerangan, Hati-hati bagi Pemudik yang Lewat
Usia yang terus bertambah, membuat tenaga Mbah So pun mulai menurun. Kini, ia telah mengurangi aktivitas sebagai penari maupun pelatih Tari Topeng Kaliwungu. Ilmu dan segala perjuangan Sutomo, saat ini dilanjutkan oleh Windy Rakashita.
Windy, merupakan murid kesayangan Mbah So. Sejak kecil, ia telah belajar menari kepada Sutomo.
Visi perjuangan yang diusung Windy mirip dengan Mbah So yaitu membuat Kabupaten Lumajang disesaki penari Topeng Kaliwungu.
Untuk itu, Windi memadatkan varian gerakan Tari Topeng Kaliwungu yang awalny berdurasi 1 jam menjadi 6 menit. Tujuannya, agar Tari Topeng Kaliwungu mudah untuk diajarkan dan menarik untuk ditonton oleh semua kalangan.
"Kita ada sedikit improvisasi dari versi aslinya. Karena kalau asli itu sekitar satu jam. Nah itu kalau ditampilkan akan banyak yang bosan, jadi kita padatkan hanya 6 menit. Pamitan juga ke Mbah So ternyata disetujui," kata windy.
Kini, hampir semua sekolah di Kabupaten Lumajang telah memiliki ekstrakurikuler Tari Topeng Kaliwungu.
Baca juga: Baayun Maulid, Tradisi Maulid Nabi di Kalimantan Selatan
Windy berharap, anak-anak yang saat ini belajar tari topeng bisa meneruskan cita-cita Mbah Sanemo dan Mbah So untuk melestarikan Tari Topeng Kaliwungu dan mengenalkannya hingga mancanegara.
"Senang sekarang sudah banyak yang nari, semoga ini bisa terus bertambah dan kiprah tari topeng bisa sampai panggung internasional," harap Windy.
Meski regenerasi tari topeng sudah bisa dikatakan cukup baik, namun ada satu keresahan di hati kecilnya.
Keresahan Windy itu adalah nasib sang guru. Menurutnya, banyak apresiasi yang belum tersampaikan kepada Mbah So maupun keluarga Almarhum Mbah Sanemo.
Salah satunya, jaminan kesehatan untuk mereka. Pasalnya, nasib kedua keluarga gurunya itu masih dari kata beruntung. Padahal, atas jasa mereka generasi saat ini bisa menikmati eksotiknya Tari Topeng Kaliwungu.
"Saya rasa tidak adil ketika kita mengambil buah pemikiran dan kerja keras Mbah Nemo dan Mbah So kemudian tidak kita apresiasi. Minimal jaminan kesehatan, apalagi usianya sudah semakin tua dan rentan terhadap penyakit," keluh Windy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.