Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mbah So, Penjaga Tari Topeng Kaliwungu Lumajang yang Kini Jadi Pengayuh Becak

Kompas.com - 21/09/2023, 10:17 WIB
Miftahul Huda,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Tak ada yang menyangka, Sutomo atau Mbah So (60), sang pengayuh becak adalah salah satu sosok di balik lestarinya Tari Topeng Kaliwungu.

Tarian itu adalah kesenian tradisional asli Kabupaten Lumajang, Jawa Tengah yang hingga kini masih dipentaskan.

Baca juga: Cerita Seniman Reog Ponorogo Berusia 60 Tahun: Berkesenian Tak Perlu Pamrih

Selain beraktivitas sebagai tukang becak di Kecamatan Pasirian, Mbah So bisa dibilang merupakan sosok di balik melejitnya eksistensi Tari Topeng Kaliwungu sampai ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) milik Kabupaten Lumajang oleh Kementerian Pendididikan pada 2021.

Mengenal Mbah So

Mbah So memang bukan pencipta Tari Topeng Kaliwungu. Penggagasnya adalah Mbah Sanemo, pria asli Madura yang hijrah ke Lumajang, tepatnya di Desa Kaliwungu, Kecamatan Tempeh.

Mbah Sanemo mengakulturasikan kebudayaan Madura dengan Matraman sampai lahir Tari Topeng Kaliwungu.

Baca juga: Menyaksikan Tari Topeng Kaliwungu di Pantai Watu Pecak Lumajang

Mbah Sanemo memiliki puluhan murid untuk diajari menari Topeng Kaliwungu. Satu di antaranya Sutomo.

Namun, dari sekian banyak murid Mbah Sanemo, hanya Sutomo yang masih hidup. Sedangkan, teman-teman seperjuangannya telah meninggal dunia terlebih dahulu.

Kini, usia Mbah So telah menginjak 60 tahun. Kala belajar dengan Mbah Sanemo, Mbah So berusia 7 tahun dan menjadi murid termuda ketika itu.

Baca juga: Banyak Warga Tak Bisa Tonton Tari Topeng Kaliwungu, Bupati Lumajang Minta Maaf

Mbah So kecil mulanya hanya ikut membantu Mbah Sanemo menarik layar untuk pertunjukan ludruk. Kesungguhan Sutomo itu rupanya diperhatikan Mbah Sanemo dari hari ke hari.

"Mulai nari habis sunat itu, lupa angkanya (tahunnya). Awalnya ya narik layar itu ikut bantu Mbah Nemo," kata Sutomo di rumahnya, Rabu (20/9/2023).

Masa muda dan Tarian Topeng Kaliwungu

Penampilan Tari Topeng Kaliwungu di Pantai Watu Pecak LumajangKOMPAS.com/Miftahul Huda Penampilan Tari Topeng Kaliwungu di Pantai Watu Pecak Lumajang

Suatu Mbah Sanemo memanggil Sutomo untuk menari. Namun, pelajaran pertama yang diterima Sutomo kala itu adalah memainkan gendang.

Sebab, wajib hukumnya bagi seorang penari untuk mengetahui irama musik yang akan mengiringinya agar setiap gerak tarian bisa selaras.

Darah seni rupanya telah mengalir pada diri Mbah So sejak kecil. Tidak butuh waktu lama, kurang dari seminggu, Mbah So sudah mahir memainkan gendang.

Baca juga: Banyak Warga Tak Bisa Tonton Tari Topeng Kaliwungu, Bupati Lumajang Minta Maaf

Setelah itu baru Mbah So belajar menari Topeng Kaliwungu. Mulai dari cara berjalan, menghentakkan kaki, mengepakkan tangan dan menggelengkan kepala.

"Awal (belajar) gendang, pas bisa langsung nari, ya mulai dari jalannya sampai bisa sekarang ini," lanjutnya.

Masa kanak-kanak Mbah So dihabiskan untuk mendalami Tari Topeng Kaliwungu. Saat remaja, gerakan menarinya sudah semakin mahir, tak heran jika Mbah So kerap diajak Mbah Sanemo untuk tampil dalam berbagai acara.

Kala itu, memang tidak banyak festival maupun gelaran budaya yang digelar di alun-alun maupun panggung-panggung megah.

Baca juga: Tari Topeng Cirebon: Sejarah, Makna, Properti, dan Jenisnya

Tari Topeng Kaliwungu biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat maupun acara pernikahan hingga khitanan warga.

Dulu, untuk sekali tampil dengan durasi pertunjukan 1 jam, para penari ini mendapatkan bayaran Rp 50.000.

Kini, bayaran yang diterima sudah naik menjadi Rp 200.000 untuk sekali pertunjukan.

Namun, yang membedakan adalah intensitas pertunjukannya kini semakin jarang. Hanya bulan-bulan tertentu, kelompok tari Sutomo ini mendapatkan undangan untuk tampil.

"Pokoknya ke mana-mana ikut Mbah Nemo, bayarannya ya sedikit, tapi saya enggak pernah mikir bayaran, yang penting saya nari gitu saja," terangnya.

Baca juga: Mengenal Tari Topeng Ireng, Tarian Rakyat dari Lereng Merapi

Tukang becak pelestari tradisi

Mbah So ketika pulang menarik becakKOMPAS.com/Miftahul Huda Mbah So ketika pulang menarik becak

Penghasilan yang tidak menentu dari menari, membuat Mbah So memutuskan memilih pekerjaan sebagai tukang becak.

Sebab, selain menari, tidak ada keterampilan lain yang dimilikinya karena ia tidak sampai menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD).

"Ikut nari itu langsung putus sekolah, jadi ya bisanya becak ini, dulu enggak sekolah kok,"

Sudah puluhan tahun Mbah So menjadi seorang tukang becak. Mulai dari becak yang dikayuh, hingga kini berubah jadi becak motor (bentor).

Penghasilannya pun hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama keluarga. Tidak jarang, Sutomo harus pulang dengan tangan kosong karena tidak mendapatkan penumpang.

Baca juga: Tari Topeng Kemindu, Tarian Tradisional Khas Kutai Kartanegara

"Mulai ontel sampai bentor ini tahun 2017-an, enggak kuat soalnya. Kalau pun masih kuat ngayuh ya bakal ditinggal sama teman-teman karena semua sudah pindah ke model bentor," kata Mbah So.

Meski mulai jarang tampil, keuletan dan keteguhan Mbah So untuk menjaga keaslian Tari Topeng Kaliwungu sesuai yang diajarkan sang guru tetap terjaga sampai puluhan tahun lamanya.

Di sela waktu antara kegiatan utamanya sebagai seorang tukang becak, ia rajin melatih anak-anak muda di sekitar rumah untuk menari dan memainkan musik pengiring tarian Topeng Kaliwungu.

"Keliling terus pokoknya, ngajar anak-anak nari, main gendang. Biar enggak mati, kalau yang muda enggak belajar kan lama-lama hilang," jelasnya.

Tahun demi tahun dilewati Mbah So tanpa berpikir apa yang hendak didapatkannya setalah menyalurkan ilmu itu pada anak-anak muda.

Baca juga: Mengenal Tradisi Wetonan di Jawa: Latar Belakang, Waktu Pelaksanaan, dan Tata Cara

Jangankan WBTB, berbagai macam penghargaan yang bisa diperolehnya dari menekuni Tari Topeng Kaliwungu tidak pernah terpikir bahkan tidak pernah diketahui Mbah So sebelumnya.

Yang ia tahu, hanya menari dan menjaga agar Tari Topeng Kaliwungu tetap lestari di Kampung halamannya yakni Kabupaten Lumajang.

Jerih payah Mbah So akhirnya berbuah saat Kementerian Pendidikan Republik Indonesia menobatkan Tari Topeng Kaliwungu sebagai warisan budaya tak benda milik Kabupaten Lumajang pada 2021.

Baca juga: Tari Topeng Tumenggung: Sejarah, Karakter, dan Ciri Khas

Sejak saat itu, Tari Topeng Kaliwungu mulai dikenal banyak orang. Berbagai kegiatan di Kabupaten Lumajang kerap menampilkan Tari Topeng Kaliwungu sebagai salah satu penampilan penghibur.

Mulai dari penutupan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim pada 2022, peringatan hari jadi Lumajang (Harjalu), hingga dibuatkan event khusus bertajuk Segoro Topeng Kaliwungu di Pantai Watu Pecak Lumajang.

Tujuannya, agar kesenian tradisional khas Kabupaten Lumajang ini semakin dikenal. Tidak hanya oleh warga Lumajang, tapi juga masyarakat Indonesia bahkan mancanegara.

"Senang ada yang nerusin, terus yang nari ini banyak jadi terus sudah terkenal tarinya," tutur Sutomo.

Baca juga: Tari Topeng Kelana: Sejarah, Asal, dan Gerakan

Perjuangan keras dan ketekunan yang dilakukan Mbah So untuk merawat Tari Topeng Kaliwungu, rupanya belum banyak diketahui.

Pasalnya, sampai saat ini, ia baru menerima satu kali penghargaan yakni dari Pemerintah Kabupaten Lumajang. Selebihnya, belum ada yang menaruh perhatian kepadanya.

"Penghargaan ini dari Pak Thoriq sama dikasih uang. Lainnya ya enggak ada," terang Mbah So.

Satu-satunya keinginan Mbah So dan belum tercapai hingga saat ini adalah menerima penghargaan langsung dari Presiden Republik Indonesia di Istana Negara.

Meski begitu, kata Mbah So, penghargaan bukan jadi tujuan utamanya. Ia hanya ingin bercerita kepada Presiden tentang indahnya Tari Topeng Kaliwungu.

"(Penghargaan) kalau Presiden ya kepingin. Mau cerita nanti tentang Topeng Kaliwungu," ungkapnya.

Baca juga: Jalan Kaliwungu-Boja di Kendal Kurang Penerangan, Hati-hati bagi Pemudik yang Lewat

Wariskan ilmu

Usia yang terus bertambah, membuat tenaga Mbah So pun mulai menurun. Kini, ia telah mengurangi aktivitas sebagai penari maupun pelatih Tari Topeng Kaliwungu. Ilmu dan segala perjuangan Sutomo, saat ini dilanjutkan oleh Windy Rakashita.

Windy, merupakan murid kesayangan Mbah So. Sejak kecil, ia telah belajar menari kepada Sutomo.

Visi perjuangan yang diusung Windy mirip dengan Mbah So yaitu membuat Kabupaten Lumajang disesaki penari Topeng Kaliwungu.

Untuk itu, Windi memadatkan varian gerakan Tari Topeng Kaliwungu yang awalny berdurasi 1 jam menjadi 6 menit. Tujuannya, agar Tari Topeng Kaliwungu mudah untuk diajarkan dan menarik untuk ditonton oleh semua kalangan.

"Kita ada sedikit improvisasi dari versi aslinya. Karena kalau asli itu sekitar satu jam. Nah itu kalau ditampilkan akan banyak yang bosan, jadi kita padatkan hanya 6 menit. Pamitan juga ke Mbah So ternyata disetujui," kata windy.

Kini, hampir semua sekolah di Kabupaten Lumajang telah memiliki ekstrakurikuler Tari Topeng Kaliwungu.

Baca juga: Baayun Maulid, Tradisi Maulid Nabi di Kalimantan Selatan

Windy berharap, anak-anak yang saat ini belajar tari topeng bisa meneruskan cita-cita Mbah Sanemo dan Mbah So untuk melestarikan Tari Topeng Kaliwungu dan mengenalkannya hingga mancanegara.

"Senang sekarang sudah banyak yang nari, semoga ini bisa terus bertambah dan kiprah tari topeng bisa sampai panggung internasional," harap Windy.

Meski regenerasi tari topeng sudah bisa dikatakan cukup baik, namun ada satu keresahan di hati kecilnya.

Keresahan Windy itu adalah nasib sang guru. Menurutnya, banyak apresiasi yang belum tersampaikan kepada Mbah So maupun keluarga Almarhum Mbah Sanemo.

Salah satunya, jaminan kesehatan untuk mereka. Pasalnya, nasib kedua keluarga gurunya itu masih dari kata beruntung. Padahal, atas jasa mereka generasi saat ini bisa menikmati eksotiknya Tari Topeng Kaliwungu.

"Saya rasa tidak adil ketika kita mengambil buah pemikiran dan kerja keras Mbah Nemo dan Mbah So kemudian tidak kita apresiasi. Minimal jaminan kesehatan, apalagi usianya sudah semakin tua dan rentan terhadap penyakit," keluh Windy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Istri Meninggal Pasca Cabut Gigi Bungsu, Suami Bertekad Cari Keadilan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Polisi di Situbondo Gagalkan Jual Beli 8,9 Ton Pupuk Subsidi

Surabaya
Banjir Rob Terjang Belasan Rumah Warga di Situbondo

Banjir Rob Terjang Belasan Rumah Warga di Situbondo

Surabaya
70 Calon Haji di Embarkasi Surabaya Batal Berangkat Tahun 2024

70 Calon Haji di Embarkasi Surabaya Batal Berangkat Tahun 2024

Surabaya
Mahasiswa Mabuk Tabrak Petugas Kebersihan di Malang, Pelaku: Saya Minta Maaf

Mahasiswa Mabuk Tabrak Petugas Kebersihan di Malang, Pelaku: Saya Minta Maaf

Surabaya
Mahasiswa Mabuk Tabrak Petugas Kebersihan di Malang

Mahasiswa Mabuk Tabrak Petugas Kebersihan di Malang

Surabaya
Pria di Surabaya Ditemukan Bersimbah Darah, Polisi Lakukan Penyelidikan

Pria di Surabaya Ditemukan Bersimbah Darah, Polisi Lakukan Penyelidikan

Surabaya
3 Tersangka Kasus Film 'Guru Tugas' Terancam 6 Tahun Penjara

3 Tersangka Kasus Film "Guru Tugas" Terancam 6 Tahun Penjara

Surabaya
Peran 3 YouTuber yang Ditangkap Buntut Film 'Guru Tugas', Sutradara dan Pemain

Peran 3 YouTuber yang Ditangkap Buntut Film "Guru Tugas", Sutradara dan Pemain

Surabaya
Respon Pengusaha Warung Madura soal Aprindo Minta Penjualan Elpiji Diperketat

Respon Pengusaha Warung Madura soal Aprindo Minta Penjualan Elpiji Diperketat

Surabaya
Bayi Baru Lahir Ditemukan Dalam Tas di Tengah Kebun Tebu Lumajang

Bayi Baru Lahir Ditemukan Dalam Tas di Tengah Kebun Tebu Lumajang

Surabaya
4 Kades di Bojonegoro Jadi Tersangka Korupsi Proyek Jalan Rp 1,2 M

4 Kades di Bojonegoro Jadi Tersangka Korupsi Proyek Jalan Rp 1,2 M

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com