“Jadi pengikisan dari air hujan itu juga terjadi dari tubuh candi itu sendiri,” sebutnya.
Sebagai pegiat sejarah, Indra hanya beharap Candi Lor bisa dipugar. Pemugaran tersebut menjadi penting agar kelestarian candi ini terus terjaga.
“Saya mewakili komunitas sejarah ya sebenarnya ingin seandainya Candi Lor ini dipugar. Supaya minimal tampak bentuknya,” harapnya.
Keberadaan Candi Lor di Desa Candirejo ini memang sangat penting bagi Kabupaten Nganjuk. Bisa dikatakan candi ini merupakan latar sejarah dari Nganjuk.
“Memang Candi Lor itu merupakan latar sejarahnya Nganjuk,” jelas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Nganjuk, Amin Fuadi.
Baca juga: Bupati Nganjuk Siap Jadi Jurkam Ganjar, Bakal Dirikan Posko Pemenangan di Tiap Desa
Sebab, penetapan Hari Jadi Nganjuk mengacu pada isi Prasasti Anjuk Ladang bertanggal 10 April 937 Masehi. Prasasti ini ditemukan di dekat reruntuhan Situs Candi Lor.
Prasasti berisi tentang perintah Mpu Sindok, pendiri Dinasti Isyana sekaligus raja yang memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Di mana Mpu Sindok menetapkan sebidang sawah di Anjuk Ladang menjadi sima atau wilayah bebas pajak.
“Tanggal 10 April ini yang kemudian dipakai untuk memperingati Hari Jadi Nganjuk sampai sekarang,” paparnya.
Sementara kata Anjuk yang termuat dalam Prasasti Anjuk Ladang ini kemudian bertranformasi menjadi nama Nganjuk.
Dilansir dari laman Kemdikbud, perubahan kata ‘anjuk’ menjadi ‘nganjuk’ merupakan hasil proses perubahan morfologi bahasa, yang menjadi ciri dan struktural bahasa Jawa.
Perubahan itu terjadi karena adanya kebiasaan menambah konsonan sengau "ng" pada lingga kata yang diawali dengan suara vokal yang menunjukkan tempat.
“Jadi Nganjuk itu dulunya berasal dari kata Anjuk. Karena orang Jawa suka nambah-nambahi ‘ng’, makanya jadi Nganjuk” beber Amin.
Baca juga: Gudang Bawang Merah di Nganjuk Ludes Terbakar, Kerugian Capai Rp 700 Juta
Sementara terkait kerusakan struktur dinding bata Candi Lor, Amin mengklaim pihaknya telah beberapa kali berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI Jawa Timur.
Namun belum ada tindak lanjut.