Lantas, di panggilan video ketiga Nurul menanyakan sejumlah tanda lahir Hernik berupa kutil di bawah mata kiri dan kulit kaki belang putih.
Tanda-tanda ini yang meyakinkan Nurul dan keluarga, jika perempuan di layar gawai merupakan kakaknya yang hilang.
Tangis haru tak bisa dihindari, mereka berharap Hernik segera pulang dan berkumpul bersama keluarga.
“Mana bapak? Mana Tole?” tanya Hernik seperti ditirukan Yuyun.
Baca juga: Cerita Buchori, Kembali Bertemu Ibu Kandung Setelah 40 Tahun Berpisah
Nurul Ibtida’iyah mengaku tidak memiliki kenangan bersama kakaknya Hernik. Maklum, saat Hernik meninggalkan rumah, ia masih berusia tujuh tahun.
Berbagai usaha dilakukan oleh keluarganya untuk mencari Hernik, kata Nurul. Sejak 1990-an, keluarganya telah melaporkan hilangnya Hernik ke polisi.
“Tapi ditolak karena dokumen tidak lengkap. Tidak ada KTP dan foto,” ujarnya.
Tak putus asa, mereka terus mencari dan menyebarkan informasi mengenai diri Hernik. Setiap tahun terus mencari, meski perekonomian keluarga mereka tak stabil.
Bapaknya, Dulpai, bekerja sebagai tukang becak sementara ibunya buruh cuci.
Baca juga: Terpisah 20 Tahun, Kembar Trena Treni Kembali Bertemu karena TikTok
Sekitar tahun 2000-an, Nurul mulai memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang Hernik.
“Mencari dengan cara apapun. Berbekal dorongan kakak, saya sebar ke Twitter dan Facebook,” ujarnya. Mereka yakin jika Hernik masih hidup.
Hati Nurul teriris, lantaran bapaknya yang terserang stroke di akhir hidupnya selalu menyebut nama Hernik. Dulpai meninggal dunia sebelum sempat bertemu kembali dengan Hernik.
Hernik pergi tanpa pamit dari rumahnya di Kota Malang pada 1986-an.
Saat berusia 17 tahun, bersama teman-temannya ia mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Malaysia.
Baca juga: Berkat Tiktok, Pria yang Hilang sejak 2010 Kembali Bertemu Keluarganya