Saat ia pergi itu, tak ada pesan yang ditinggalkan. Hanya secarik kertas di tumpukan pakaian bertulis, “menuju ke Ampel Gading.”
Awalnya Suminah menduga Hernik berangkat ke rumah mertua kakaknya yang berada di Ampel Gading, Kabupaten Malang. Namun, setelah berhari-hari Hernik tak kembali dan tidak pula ditemukan di Ampelgading.
“Mungkin Hernik kasihan dengan perekonomian keluarga, sehingga mengadu nasib ke Malaysia,” ujar Suminah.
Hernik sendiri mengaku hidupnya penuh dengan lika-liku. Mengadu nasib sebagai TKW di Malaysia tak seindah bayangannya.
Baca juga: 18 Tahun Terpisah, Saudara Kembar Bertemu Kembali berkat Facebook
Ia berangkat bersama lima orang temannya dari Malang, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Setiap bulan ia mendapat gaji sebesar 250 ringgit Malaysia.
“Namun, kami terpisah. Ada yang bekerja di supermarket dan pabrik,” ujarnya.
Setelah 22 tahun bekerja di Malaysia, pada 2013 ia bersama seorang lelaki yang enggan diceritakan identitasnya, memutuskan pulang ke Kupang.
Selama di Kupang, ia bekerja serabutan mulai mencuci baju hingga memijat. Belakangan, kondisi kesehatannya menurun.
“Kondisi tidak kuat, kaki sakit. Penghasilan habis untuk membeli obat,” ujarnya.
Beberapa kali, ia meminta pertolongan melalui aparatur setempat agar bisa kembali ke Malang. Namun, tak kunjung ada kabar baik. Sehingga kehidupannya semakin tidak menentu.
“Saya tak mau di panti jompo, saya sehat. Saya mau bertemu dengan keluarga, kalau masih ada,” katanya.
Baca juga: Terpisah 78 Tahun Akibat Perang, Kakak dan Adik Ini Bertemu Kembali
Beruntung, ia bertemu dengan relawan dan Bhabinsa Kota Soe, TTS. Lantas, Hernik ditampung sementara selama sebulan di sana.
Akhirnya, setelah perjalanan panjang, Hernik bisa kembali ke pelukan keluarganya di Malang.
“Saya menangis, terlalu gembira. Sayang, tidak bisa bertemu bapak. Saya sudah ziarah ke makamnya,” kata Hernik.
Seolah tak percaya telah bertemu ibu dan adiknya, Hernik saban malam masih sering bertanya, “Sungguh ini Mama saya? Saya tidak percaya. Seperti mimpi.”
Wartawan di Malang, Eko Widianto, berkontribusi untuk laporan ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.