Bahkan, pada awal usahanya membudidayakan bunga telang tersebut, ia sempat menolak beberapa permintaan dari pengusaha di Bali untuk dikirim ke Jerman.
"Waktu itu saya tolak, karena permintaannya terlalu banyak, butuhnya 100 kilogram setiap bulan, sedangkan saya baru mulai budidaya," tuturnya.
Selang beberapa bulan kemudian, salah seorang rekanan yang datang dari Jakarta melihat hasil budidaya bunga telang milik Nuri. Rekan tersebut mengambil sampel untuk diuji di laboratorium.
Setelah hasil uji laboratorium keluar dengan kandungan zat di dalamnya yang bagus, rekanan tersebut pun memintanya menyuplai bunga telang kering yang sudah dikemas sesuai permintaan.
Awalnya, Bu Nuri hanya bisa menyuplai tiga kilogram, lalu bulan berikutnya bertambah lima kilogram dan permintaan terus bertambah hingga bisa sampai 20 kilogram.
Baca juga: 2 Korban Kecelakaan Truk Terjun ke Sungai di Tuban Ditemukan Tewas
Untuk memenuhi permintaan bunga telang kering tersebut juga tidak mudah, butuh keuletan dan ketelatenan dalam merawat dan memanennya.
Sebab, untuk mengumpulkan satu kilogram bunga telang kering dengan tanaman yang dimilikinya saat ini harus menunggu paling lama satu minggu.
"Sepuluh kilogram bunga telang basah itu kalau dikeringkan hanya jadi satu kilogram. Jadi, butuhnya sangat banyak bunga telang," ungkapnya.
Bu Nuri menceritakan, bunga telang yang dikirimnya ke salah satu rekanannya tersebut dibeli dengan harga yang lumayan tinggi setiap satu kilogramnya.
"Untuk harganya mencapai ratusan ribu per kilogramnya, tapi mohon maaf tidak bisa ungkapkan nominalnya," ujar Bu Nuri.