Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aremania: Saya Kehilangan Teman-teman

Kompas.com, 4 Oktober 2022, 06:45 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Tragedi kelam Stadion Kanjuruhan masih menyisakan trauma yang sangat mendalam. Cerita pilu dari para korban terus terdengar.

Seperti yang diceritakan oleh Dadang, seorang Aremania yang merasakan langsung tragedi yang menewaskan 125 orang itu. Ia ikut berdesakan berusaha keluar dari tribune saat ada tembakan gas air mata dan melihat para korban bergelimpangan.

Saat itu, setelah pertandingan antara Arema FC vs Persebaya usai, Sabtu (1/10/2022) malam, ia bermaksud hendak pulang dengan keluar dari stadion melewati Pintu 12.

Baca juga: Hilang Saat Kerusuhan di Kanjuruhan, Yanuar Ditemukan Meninggal di RSAA Malang oleh Temannya Sendiri

Namun, karena di tangga Pintu 12 masih penuh dengan suporter yang bergantian keluar, kemudian dirinya memutuskan untuk kembali ke tribune.

Kemudian, dia melihat ada dua suporter Aremania dari arah tribun timur yang turun ke lapangan. Tujuannya, untuk memberi dukungan terhadap timnya, Arema FC setelah kalah 2-3 atas Persebaya.

Menurut Dadang, saat itu para pemain dari Persebaya sudah menuju ruang ganti. Sehingga, tidak ada niatan dari Aremania menyerang pemain dari Persebaya atau aparat keamanan.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan dalam Pandangan Mata Para Saksi dari Tribune Penonton...

"Turun untuk memberi suport pemain Arema, tidak untuk menyerang atau melukai aparat," kata Dadang saat ditemui di Kota Malang, pada Senin (3/10/2022).

Setelahnya, kedua Aremania itu diminta oleh steward untuk kembali ke tribune. Namun, diduga ada salah persepsi dari suporter lainnya yang mengira kedua Aremania itu diperlakukan tidak wajar.

Hal itu memancing suporter lainnya dari arah tribune utara dan selatan ikut turun ke lapangan.

"Kemudian sama steward diminta naik kembali, dan itu tidak ada perlawanan sama sekali kepada steward, mereka nurut, dikira gegeran oleh suporter lainnya, dari utara dan selatan turun," katanya.

Hari kedua kondisi halaman stadion pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (3/10/2022) siang.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Hari kedua kondisi halaman stadion pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (3/10/2022) siang.
Saat itu, aparat dengan membawa tongkat pemukul, tameng dan senjata bersiaga. Tidak lama kemudian, gas air mata ditembakkan.

"Kemudian banyak Aremania lari ke lapangan, bukan menyerang petugas tetapi menyelamatkan diri, semakin brutal, teman-teman banyak yang loncat, tahu sendiri pagar tribune tingginya seperti apa," katanya.

Dia juga melihat adanya tembakan kedua dan ketiga yang berjarak dekat dengan tribune. Dadang bisa selamat karena berusaha menutupi wajahnya dengan pakaian yang digunakan.

Meski begitu, dia masih merasakan bau menyengat dari gas air mata yang sangat tajam dan perih di kulit.

Baca juga: Harapan Pelatih Arema FC usai Kerusuhan Mengguncang Kanjuruhan

"Kenapa saya bisa selamat? saya tutupi dengan kaus saya, termasuk teman saya dari lampung, tadinya panik, tutupono raimu ambe rompimu. Bau gas air mata sangat tajam dan perih di kulit," katanya.

Menurutnya, saat itu posisi pintu masuk selatan atau Gate 10-13 dalam kondisi tertutup. Padahal, saat itu Aremania berdesakan untuk berusaha keluar. Kemudian, Aremania menjebol pintu darurat dekat tribun VIP.

Dadang kemudian mencari jalan keluar dari stadion. Saat itu ia melihat banyak orang bergeletakan di sekitar Pintu 14 dekat tribun VIP. Bahkan, salah satu temannya meninggal dunia.

Baca juga: Kapolres Malang dan 9 Komandan Brimob Dicopot, Buntut Tragedi Stadion Kanjuruhan

"Suasana agak mereda, saya bisa keluar, kemudian Pintu 14 dekat VIP, teman-teman saya banyak yang bergeletakan, Ya Allah teman saya biasanya ngopi di Curva Sud sudah MD (Meninggal Dunia)," katanya.

Kemudian, dirinya kembali lari ke tribun untuk menolong para korban yang tergeletak. Dia mencari bantuan polisi, namun tidak ada yang mau menolong karena situasi saat itu sudah kacau.

"Saya lari ke tribune untuk membantu teman yang masih berdesakan, hanya satu pintu mereka pepetan, ada yang berdarah, saya gendong sampai meninggal, kemudian saya lari mencari bantuan ke polisi tidak ada yang bantu, mungkin amarah dari Aremania ada polisi yang dipukuli," katanya.

Dadang juga melihat di sekitar stadion ada banyak jenazah yang tergeletak.

"Saya minta untuk diangkat ke VIP, saya pikir jenazah hanya empat di sana saja, ternyata (di tempat lain) ada tiga, satu polisi, dua jenazah perempuan, kemudian di mushala VIP banyak jenazah," katanya.

Seorang laki-laki meletakkan tulisan ditumpukan bunga di hari kedua pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (3/10/2022) siang.KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Seorang laki-laki meletakkan tulisan ditumpukan bunga di hari kedua pasca tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Senin (3/10/2022) siang.
Sebagai Aremania, dia menyayangkan adanya gas air mata yang ditembakkan oleh petugas. Padahal menurutnya, dengan melepaskan semua anjing dari pihak kepolisian sudah cukup untuk menghalau suporter yang turun ke lapangan.

Kemudian, dia juga menyayangkan tertutupnya pintu stadion saat ada gas air mata.

"Saya kehilangan teman-teman, salah kami apa Aremania sehingga diperlakukan seperti itu. Saya minta Kapolda Jawa Timur memberikan fakta yang sebenarnya," katanya.

Aremania lainnya, Totok Kacong, menilai bahwa kesiapan panitia pelaksana (panpel) dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya tidak maksimal. Dia menuntut pihak-pihak berwenang untuk mengusut tuntas tragedi kelam itu.

Baca juga: Cerita Lusida Kehilangan Putri dan 2 Keponakannya Saat Tragedi Kanjuruhan: Saya Menunggu Sampai Malam Hari...

"Kesiapan panpel enggak jelas. Usut tuntas tragedi Kanjuruhan. Aku juga berharap, Aremania kumpulo, jangan ada perpecahan, dulurmu banyak yang meninggal," katanya.

Seperti diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Data sementara, 125 korban tewas dalam tragedi memilukan itu.

Sementara itu, pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah mencopot Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat, dari jabatannya. Selain itu, sembilan jabatan Komandan Batalyon (Danyon) Komandan Kompi, dan Komandan Peleton Brimob Polda Jawa Timur dinon-aktifkan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau