Salin Artikel

Aremania: Saya Kehilangan Teman-teman

MALANG, KOMPAS.com - Tragedi kelam Stadion Kanjuruhan masih menyisakan trauma yang sangat mendalam. Cerita pilu dari para korban terus terdengar.

Seperti yang diceritakan oleh Dadang, seorang Aremania yang merasakan langsung tragedi yang menewaskan 125 orang itu. Ia ikut berdesakan berusaha keluar dari tribune saat ada tembakan gas air mata dan melihat para korban bergelimpangan.

Saat itu, setelah pertandingan antara Arema FC vs Persebaya usai, Sabtu (1/10/2022) malam, ia bermaksud hendak pulang dengan keluar dari stadion melewati Pintu 12.

Namun, karena di tangga Pintu 12 masih penuh dengan suporter yang bergantian keluar, kemudian dirinya memutuskan untuk kembali ke tribune.

Kemudian, dia melihat ada dua suporter Aremania dari arah tribun timur yang turun ke lapangan. Tujuannya, untuk memberi dukungan terhadap timnya, Arema FC setelah kalah 2-3 atas Persebaya.

Menurut Dadang, saat itu para pemain dari Persebaya sudah menuju ruang ganti. Sehingga, tidak ada niatan dari Aremania menyerang pemain dari Persebaya atau aparat keamanan.

"Turun untuk memberi suport pemain Arema, tidak untuk menyerang atau melukai aparat," kata Dadang saat ditemui di Kota Malang, pada Senin (3/10/2022).

Setelahnya, kedua Aremania itu diminta oleh steward untuk kembali ke tribune. Namun, diduga ada salah persepsi dari suporter lainnya yang mengira kedua Aremania itu diperlakukan tidak wajar.

Hal itu memancing suporter lainnya dari arah tribune utara dan selatan ikut turun ke lapangan.

"Kemudian sama steward diminta naik kembali, dan itu tidak ada perlawanan sama sekali kepada steward, mereka nurut, dikira gegeran oleh suporter lainnya, dari utara dan selatan turun," katanya.

"Kemudian banyak Aremania lari ke lapangan, bukan menyerang petugas tetapi menyelamatkan diri, semakin brutal, teman-teman banyak yang loncat, tahu sendiri pagar tribune tingginya seperti apa," katanya.

Dia juga melihat adanya tembakan kedua dan ketiga yang berjarak dekat dengan tribune. Dadang bisa selamat karena berusaha menutupi wajahnya dengan pakaian yang digunakan.

Meski begitu, dia masih merasakan bau menyengat dari gas air mata yang sangat tajam dan perih di kulit.

"Kenapa saya bisa selamat? saya tutupi dengan kaus saya, termasuk teman saya dari lampung, tadinya panik, tutupono raimu ambe rompimu. Bau gas air mata sangat tajam dan perih di kulit," katanya.

Menurutnya, saat itu posisi pintu masuk selatan atau Gate 10-13 dalam kondisi tertutup. Padahal, saat itu Aremania berdesakan untuk berusaha keluar. Kemudian, Aremania menjebol pintu darurat dekat tribun VIP.

Dadang kemudian mencari jalan keluar dari stadion. Saat itu ia melihat banyak orang bergeletakan di sekitar Pintu 14 dekat tribun VIP. Bahkan, salah satu temannya meninggal dunia.

"Suasana agak mereda, saya bisa keluar, kemudian Pintu 14 dekat VIP, teman-teman saya banyak yang bergeletakan, Ya Allah teman saya biasanya ngopi di Curva Sud sudah MD (Meninggal Dunia)," katanya.

Kemudian, dirinya kembali lari ke tribun untuk menolong para korban yang tergeletak. Dia mencari bantuan polisi, namun tidak ada yang mau menolong karena situasi saat itu sudah kacau.

"Saya lari ke tribune untuk membantu teman yang masih berdesakan, hanya satu pintu mereka pepetan, ada yang berdarah, saya gendong sampai meninggal, kemudian saya lari mencari bantuan ke polisi tidak ada yang bantu, mungkin amarah dari Aremania ada polisi yang dipukuli," katanya.

Dadang juga melihat di sekitar stadion ada banyak jenazah yang tergeletak.

"Saya minta untuk diangkat ke VIP, saya pikir jenazah hanya empat di sana saja, ternyata (di tempat lain) ada tiga, satu polisi, dua jenazah perempuan, kemudian di mushala VIP banyak jenazah," katanya.

Kemudian, dia juga menyayangkan tertutupnya pintu stadion saat ada gas air mata.

"Saya kehilangan teman-teman, salah kami apa Aremania sehingga diperlakukan seperti itu. Saya minta Kapolda Jawa Timur memberikan fakta yang sebenarnya," katanya.

Aremania lainnya, Totok Kacong, menilai bahwa kesiapan panitia pelaksana (panpel) dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya tidak maksimal. Dia menuntut pihak-pihak berwenang untuk mengusut tuntas tragedi kelam itu.

"Kesiapan panpel enggak jelas. Usut tuntas tragedi Kanjuruhan. Aku juga berharap, Aremania kumpulo, jangan ada perpecahan, dulurmu banyak yang meninggal," katanya.

Seperti diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam. Data sementara, 125 korban tewas dalam tragedi memilukan itu.

Sementara itu, pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah mencopot Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat, dari jabatannya. Selain itu, sembilan jabatan Komandan Batalyon (Danyon) Komandan Kompi, dan Komandan Peleton Brimob Polda Jawa Timur dinon-aktifkan.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/04/064550278/aremania-saya-kehilangan-teman-teman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke