PAMEKASAN, KOMPAS.com- Jelang Ramadhan, warga di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, melakukan tradisi Ngusar atau membersihkan makam leluhur secara bersama-sama.
Tradisi, sudah berlangsung turun temurun. Seperti yang dilakukan warga Desa Mapper, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Kamis (7/3/2024).
Baca juga: Melihat Tradisi Warga Bandung Cuci Karpet Sajadah Masjid Jelang Ramadhan
Kegiatan Ngusar salah satunya berlangsung di kompleks pemakaman leluhur mereka Buju’ Ajjih.
Warga datang berbondong-bondong dengan membawa peralatan pertanian untuk membersihkan kompleks pemakaman.
Salah satu warga Desa Mapper, Nur Holis mengatakan, tradisi Ngusar jelang Ramadhan bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada warga saat berziarah ke makam leluhur mereka.
“Kalau makamnya sudah bersih, maka ziarahnya akan nyaman dan ibadahnya lebih tenang,” kata Nur Holis, sembari membersihkan makam, Kamis (7/3/2024).
Tokoh pemuda desa setempat ini menambahkan, tradisi Ngusar juga menjadi sarana mengingatkan manusia yang masih hidup pada kematian.
Dengan demikian, orang-orang yang masih berada di muka bumi akan lebih mengingat Sang Pencipta.
“Tradisi Ngusar juga bisa menjadi media peringatan kepada yang hidup bahwa akan mati. Maka sebelum mati, rajin-rajinlah beribadah khususnya di bulan Ramadhan di mana semua ibadah pahalanya dilipatgandakan,” imbuhnya.
Baca juga: Menengok Tradisi Sedekah Bumi dan Gunungan Tempe untuk Sambut Ramadhan di Sidoarjo
Masyarakat Desa Mapper masih antusias mengikuti Ngusar meskipun dalam keadaan hujan rintik-rintik. Selain hari Kamis, Ngusar biasanya juga dilakukan warga di hari Senin.
“Ngusar ini kalau tidak dilaksanakan hari Senin, bisa juga hari Kamis. Waktunya setelah shalat Dhuhur selepas warga melaksanakan aktivitas di sawahnya masing-masing,” ujar pemuda lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Malang ini.
Tokoh masyarakat setempat, Suratmo mengungkap mengapa Tradisi Ngusar masih tetap lestasi. Hal itu karena pelibatan anak-anak muda dalam setiap kegiatan tradisi.
“Anak-anak muda selalu kami ajak untuk ikut Ngusar. Tujuannya agar tradisi ini masih tetap lestari dan yang muda tidak lupa dengan leluhurnya,” ungkapnya.
Baca juga: Sejarah Dugderan, Wajah Keberagamaan Kota Semarang untuk Menyambut Ramadhan