Budayawan Madura, Muhammad Ghozi Mustaba menuturkan, tradisi Ngusar sudah ada sejak Islam masuk ke pulau Madura yang dibawa oleh para tokoh-tokoh penyebar Islam.
Tradisi Ngusar tidak hanya dimaknai dengan membersihkan makam dari berbagai macam kotoran, seperti rerumputan dan onak duri, namun juga memperbaiki nisan yang rusak, mengecat ulang nisan yang pudar warnanya agar terlihat lebih indah.
"Ngusar bukan hanya kegiatan fisik bersih-bersih lahiriah semata, tapi ada kegiatan lain yang lebih batiniah," ujar Muhammad Ghozi.
Baca juga: Menengok Tradisi Sedekah Bumi dan Gunungan Tempe untuk Sambut Ramadhan di Sidoarjo
Kegiatan batiniah yang dimaksud Ghozi seperti pembacaan Al Quran, salawat, istigasah, dan doa-doa kepada arwah pendahulu yang sudah meninggal. Harapannya, ada timbal balik kebaikan atas kegiatan tersebut kepada yang hidup.
"Orang meninggal itu sudah tidak punya urusan dengan dunia, tapi orang mati yang soleh diyakini bisa mendoakan orang hidup karena kebaikan yang ia perbuat selama hidupnya. Doa mereka bisa dirasakan yang hidup dengan adanya keberkahan hidup," imbuh Ghozi.
Baca juga: Melihat Tradisi Warga Bandung Cuci Karpet Sajadah Masjid Jelang Ramadhan
Hal lain yang sifatnya batiniah, ungkap Ghozi, yakni manusia bisa meneladani semua kebaikan yang pernah diperbuat oleh leluhur mereka selama masa hidup mereka.
Adanya hubungan batin itu, bisa mencegah perbuatan buruk bagi generasi keturunan.
"Generasi leluhur itu bisa meniru kebaikan dan kebijaksanaan sehingga pantang melakukan perbuatan dosa," ungkap Ghozi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.