Dirman menambahkan orang luar negeri lebih menyukai seni dan tradisi reog Ponorogo yang asli. Ia mencontohkan dirinya bersama tim pernah diundang ke Bali untuk tampil membawakan seni reog Ponorogo dengan pakem asli.
“Beberapa waktu yang lalu turis dari Inggris, membawa pesawat pribadi ke Bali hanya untuk melihat reog dan jatilan laki-laki. Dan saya disuruh membawakannya. Artinya mereka menginginkan tradisi (asli reog Ponorogo) seperti apa dan lebih menarik,” kata Dirman.
Hari Purnomo, seniman reog senior lainnya menyatakan seni pertunjukkan reog Ponorogo kembali bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19.
Hal itu terlihat banyaknya penampilan grup reog asal Kabupaten Ponorogo di berbagai acara resmi dan hajatan warga.
“Kalau seniman reog di ponorog dalam tiga tahun terakhir sudah banyak perubahan dibandingkan tahun lalu. Untuk fasilitas main sekarang sudah ada dan diberi kelonggaran tempat pemerintah dan tidak dibuat ribet. Selain itu dari kepolisian juga memberikan kelonggaran untuk tempat yang dipakai,” kata Hari.
Baca juga: Reog Kendang, Tercipta dari Gemblak yang Mencari Jati Diri
Menurut Hari, jumlah seniman di Kabupaten Ponorogo saat ini mencapai ribuan orang.
Pasalnya disetiap kelurahan atau desa memiliki grup reog sendiri. Padahal setiap grup memiliki anggota 40 hingga 50 orang.
Dengan demikian, jumlah seniman yang terlibat dalam satu grup reog semakin banyak.
“Seminggu tiga kali kami mendapatkan undangan untuk bermain di daerah. Hal itu menunjukkan sekarang reog mulai bangkit lagi. Dan Itu menjadi tanda bukti bahwa seniman reog itu eksis berkesenian,” jelas Hari.
Hari mengatakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari para seniman tidak hanya mengandalkan dari hasil bermain reog. Para seniman banyak memiliki pekerjaan tetap seperti pengelola warung makan, pengrajin alat-alat reog hingga sopir.
Hari menambahkan Pemkab Ponorogo pun sudah memberikan perhatian kepada seniman-seniman reog. Hal itu dapat terlihat saat lebaran para seniman diundang ke pendopo rumah jabatan Bupatei Ponorogo untuk diberikan hadiah.
Baca juga: Kostum Reog Indonesia di MGI 2022 Padukan Sentuhan Teknologi dan Budaya
Hari mengatakan akhir tahun ini, seni reog Ponorogo diusulkan kembali oleh Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi untuk menjadi warisan budaya tak benda. Untuk penentuanya nanti akan disampaikan pada tahun 2024.
“Ternyata reog Ponorogo itu langsung mendapatkan respons dari ICH Unesco dan datang langsung ke Indonesia untuk melihat sampai di mana reog sesungguhnya. Kok sampai terjadi unjuk rasa sebesar itu. Setelah dicek ke lapangan, reog memang sudah layak untuk didaftarkan ke ICH Unesco,” kata Hari.
Baca juga: Hadiri Halalbihalal Pawargo, Bupati Sugiri Bicara Soal Hak Panten Reog Ponorogo
Terkait persoalan penggunaan kulit harimau dan bulu merak pada reog, Hari mengatakan saat ini dadak merak reog menggunakan kulit kambing yang dilukis.