Potensi ekonomi dalam geliat karnaval itu juga menjadi peluang cuan bagi para pengrajin kostum. Apalagi bagi mereka yang mempunyai hobi dan latar belakang seni.
Wahyu Habibi, misalnya, dari awalnya bantu-bantu gurunya yang mempunyai jasa penyewaan kostum, kini memberanikan diri untuk membuat sendiri. Ia membuka jasa penyewaan kostum, terutama kostum kreasi yang dibuatnya sendiri.
"Kostum saya terinsipirasi dari gelaran karnaval Banyuwangi, " ucap Wahyu Habibi, warga Desa Putih, Gampengrejo, Kabupaten Kediri, ini.
Baca juga: Sopir Truk Tangki yang Tabrak Penonton Karnaval di Mojokerto Jadi Tersangka
Selain menyewakan kostum, pemuda yang berprofesi sebagai guru prakarya di Sekolah Menengah Atas (SMA) ini juga menjual aneka aksesoris karnaval.
Aksesoris-aksesoris itu seperti mahkota dan pernak-pernik yang dibuatnya sendiri. Dia mengerjakannya secara otodidak mengandalkan imajinasinya.
Menariknya, Habibi banyak menggunakan bahan-bahan daur ulang dalam memproduksi pernak-pernik kostum tersebut. Misalnya, memanfaatkan gantungan baju bekas, faceshield bekas dan kain perca limbah industri tenun.
Penggunaan bahan-bahan limbah itu menurutnya sebagai strategi menekan biaya produksi.
"Soalnya kalau beli kain tenun kan mahal sampai Rp 250.000. Makanya saya cari limbahnya untuk hiasan tangan dan lainnya," ujarnya.
Ada pun untuk biaya sewa kostum koleksinya dibanderol kisaran Rp 1 juta. Sedangkan untuk tempelan atau pernik aksesorisnya mulai Rp 80.000 sampai Rp 100.000.
"Semingguan ini pendapatan untuk aksesoris saja sekitar Rp 1 juta," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.