Sementara untuk memeriahkan peringatan boyong, pihaknya sengaja mengadakan sedekah bumi melalui gunungan yang diarak dari Taman Nyawiji menuju Kantor Pemkab Nganjuk.
Gunungan itu berisi jajanan tradional, sayur-sayuran, dan hasil pertanian lainnya.
“Jadi kita bersyukur kepada Allah, bahwa nikmat yang diberikan Allah lewat bumi ini,” tuturnya.
“Karena mau tidak mau Nganjuk itu daerah pertanian, juga luar biasa kenikmatan yang diberikan. Maka kita lakukan yang namanya sedekah bumi, bentuk bersyukur,” lanjut Kang Marhaen.
Baca juga: Warga Asal Nganjuk Pajang Pesawat di Depan Rumahnya, Diangkut dengan Truk Kontainer
Peringatan boyong ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk baru pertama kali diadakan oleh Pemkab Nganjuk pasca-kemerdekaan.
“Betul baru pertama kali,” ujar Ketua Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kotasejuk), Amin Fuadi, kepada Kompas.com, Selasa (6/6/2023).
Baca juga: HKTI Nganjuk Sayangkan Berkurangnya Anggaran Subsidi Pupuk, Dorong Petani Beralih ke Organik
Amin menyebut, sebenarnya kegiatan serupa pernah diadakan pada tahun 1930 silam, pada era pemerintahan Hindia Belanda. Namun selepas itu peringatan boyong tak pernah lagi digelar.
Peringatan boyong sendiri diadakan untuk memperingati peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk pada 6 Juni 1880 silam.
“Jadi pada saat itu sebenarnya pada prinsipnya kabupatennya masih Berbek, tetapi ibu kotanya saja yang berpindah dari Berbek ke Nganjuk,” tutur Amin.
Amin melanjutkan, pada perjalannnya Kabupaten Berbek yang beribu kota di Nganjuk berubah nama menjadi Kabupaten Nganjuk per 1 Januari 1929.
Setahun berselang, tepatnya pada 6 Juni 1930, Kabupaten Nganjuk mengadakan peringatan boyong emas dari Berbek ke Nganjuk pada 6 Juni 1930.
“Peristiwa boyong emas pada 6 Juni 1930 itu yang dilaksanakan oleh (Bupati) Sosro Hadikusumo. Jadi itu (peringatan boyong) yang ke-50 tahun,” papar Amin.
“Waktu itu divisualisasikan juga dengan memboyong replika dari pendopo Kabupaten Berbek. Makanya kami meniru visualisasi yang pada saat itu,” sambung dia.