TULUNGAGUNG, KOMPAS.com- Mbah Wiji (94) tak dapat membendung air matanya ketika melihat putri sulung Marmi (74), setelah 30 tahun mereka tak bertemu.
Warga Dusun Umbut Sewu, Desa Kaliwungu, Kecamatan Ngunut tersebut memeluk tubuh anak yang sempat dikiranya sudah meninggal dalam bencana tsunami Aceh 2004 tersebut.
"Anak selama ini tidak tahu keberadaannya, tiba-tiba muncul," kata Mbah Wiji terharu, Senin (29/4/2024), seperti dikutip dari Tribun Jatim.
Baca juga: Kisah Nenek Arbiyah Selamatkan Ribuan Nyawa Saat Banjir Bandang di Lebong Bengkulu
Terpisahnya anak dan ibu selama puluhan tahun tersebut bermula ketika Marni pergi ke Riau sekitar tahun 1975 atau 1976.
Marni yang ketika itu ditemani oleh sang suami Samani dan dua anaknya masih kerap berkirim surat ketika pindah.
Mereka benar-benar putus kontak di tahun 1990-an. Bahkan Mbah Wiji dan keluarga di Tulungagung kemudian menerima kabar bahwa Marni telah menjadi korban tsunami tahun 2004.
Baca juga: Cerita Suwito Berwajah Mirip Shin Tae-yong: Setelah Video Diunggah, Banyak yang DM Saya
Ketika itu, Mbah Wiji yang mengira anaknya sudah meninggal sempat menggelar tahlil dan doa untuk keluarga Marmi dua kali.
Tak disangka, kabar tersebut tidak benar. Marmi kembali 30 tahun kemudian, sembari membawa keluarganya menemui sang ibu.
"Sekarang sudah senang, bisa bertemu anak yang selama ini hilang. Saya ingat dulu anaknya lima, sekarang malah nambah cucu 19," kata Mbah Wiji.
Pertemuan keduanya bermula dari pelacakan melalui Instagram.
Anak sulung Marmi, Suyadi (52) mengatakan, sejak 2019 keluarganya berupaya melacak keberadaan sang nenek di Tulungagung.
Namun selama puluhan tahun, upaya tersebut belum berhasil.
Kemudian salah satu cucu Mbah Wiji menemukan akun Instagram Desa Kaliwungu, tempat Mbah Wiji berada.
Dia lalu mengirimkan pesan ke akun desa itu. Dari pesan tersebut, pihak desa kemudian membantu menghubungkan mereka dengan Mbah Wiji.
Baca juga: Kisah Mbah Wondo, Penggemar Rhoma Irama yang Koleksi 700 Kaset di Rumahnya
"Saya senang sekali ternyata masih bisa bertemu mbah, ternyata saya masih punya nenek," kata Suyadi.
Dia juga tidak tahu bagaimana keluarganya dikabarkan meninggal dalam bencana tsunami. Selama ini keluarganya tinggal di Desa Bumbung, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Riau.
"Sebenarnya lokasi kami jauh dari bencana tsunami. Tak tahu bagaimana kami dikabarkan jadi korban," ucap Suyadi.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Dikira Meninggal Disapu Tsunami 2004, Ibu dan Anak Tulungagung Bertemu Lagi Setelah 30 Tahun Lebih