Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali, Pemkab Nganjuk Peringati Perpindahan Ibu Kota Pemerintahan

Kompas.com - 06/06/2023, 21:33 WIB
Usman Hadi ,
Andi Hartik

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Ribuah orang tumpah ruah di Jalan Basuki Rahmat Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tepatnya di depan Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk, Selasa (6/6/2023) sore.

Mereka memperebutkan puluhan gunungan sedekah bumi yang sebelumnya diarak dari Taman Nyawiji sampai Jalan Basuki Rahmat Nganjuk. Belasan gunungan itu lantas diperebutkan warga di sekitar alun-alun.

Prosesi sedekah bumi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan boyong atau perpindahan ibu kota pemerintahan Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk. Kabupaten Berbek sendiri merupakan cikal bekal Kabupaten Nganjuk.

Baca juga: Kebiasaan Menabung Antarkan Lilik, Penjahit Asal Nganjuk, Naik Haji

Adapun peringatan boyong ini pertama kali digelar oleh Pemkab Nganjuk.

“Peringatan boyong ini dilaksanakan pertama kali,” ujar Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, kepada Kompas.com, Selasa.

Baca juga: Curi Pagar Makam Senilai Rp 3 Juta di Nganjuk, Pemuda Blitar Ditangkap

Kang Marhaen, sapaan akrab Marhaen Djumadi menuturkan, peringatan boyong ini diadakan untuk memperingati peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk pada 6 Juni 1880 silam.

“Jadi sekarang sudah sekitar 143 tahun yang lalu boyongan itu,” tuturnya.

Pengamatan Kompas.com, prosesi peringatan boyong ini diawali dari Balai Desa Kacangan di Kecamatan Berbek.

Dari Balai Desa Kacangan, Kang Marhaen beserta jajaran Forkopimda dan Kepala OPD melaksanakan pawai dengan menggendarai mobil lawas, seperti Mercedes-Benz lawas dan Vw Kodok.

Kang Marhaen beserta rombongan lantas menuju Taman Nyawiji. Lalu bersama-sama warga berjalan kaki menuju Pendopo KRT Sosrokoesoemo Pemkab Nganjuk.

“(Sesampainya di Pendopo) tadi juga ada prosesinya dodok-dodok dan seterusnya, itu adalah prosesi ritual boyong kabupaten,” papar Kang Marhaen.

Caption: Warga berebut gunungan sedekah bumi di depan Kantor Pemkab Nganjuk, Selasa (6/6/2023) sore. Sedekah bumi ini merupakan bagian dari kegiatan peringatan boyong pemerintahan yang didakan oleh Pemkab NganjukKOMPAS.COM/USMAN HADI Caption: Warga berebut gunungan sedekah bumi di depan Kantor Pemkab Nganjuk, Selasa (6/6/2023) sore. Sedekah bumi ini merupakan bagian dari kegiatan peringatan boyong pemerintahan yang didakan oleh Pemkab Nganjuk
Sementara untuk memeriahkan peringatan boyong, pihaknya sengaja mengadakan sedekah bumi melalui gunungan yang diarak dari Taman Nyawiji menuju Kantor Pemkab Nganjuk.

Gunungan itu berisi jajanan tradional, sayur-sayuran, dan hasil pertanian lainnya.

“Jadi kita bersyukur kepada Allah, bahwa nikmat yang diberikan Allah lewat bumi ini,” tuturnya.

“Karena mau tidak mau Nganjuk itu daerah pertanian, juga luar biasa kenikmatan yang diberikan. Maka kita lakukan yang namanya sedekah bumi, bentuk bersyukur,” lanjut Kang Marhaen.

Baca juga: Warga Asal Nganjuk Pajang Pesawat di Depan Rumahnya, Diangkut dengan Truk Kontainer

Pertama kali dalam sejarah

Peringatan boyong ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk baru pertama kali diadakan oleh Pemkab Nganjuk pasca-kemerdekaan.

“Betul baru pertama kali,” ujar Ketua Komunitas Pecinta Sejarah Nganjuk (Kotasejuk), Amin Fuadi, kepada Kompas.com, Selasa (6/6/2023).

Baca juga: HKTI Nganjuk Sayangkan Berkurangnya Anggaran Subsidi Pupuk, Dorong Petani Beralih ke Organik

Amin menyebut, sebenarnya kegiatan serupa pernah diadakan pada tahun 1930 silam, pada era pemerintahan Hindia Belanda. Namun selepas itu peringatan boyong tak pernah lagi digelar.

Peringatan boyong sendiri diadakan untuk memperingati peristiwa perpindahan ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk pada 6 Juni 1880 silam.

“Jadi pada saat itu sebenarnya pada prinsipnya kabupatennya masih Berbek, tetapi ibu kotanya saja yang berpindah dari Berbek ke Nganjuk,” tutur Amin.

Amin melanjutkan, pada perjalannnya Kabupaten Berbek yang beribu kota di Nganjuk berubah nama menjadi Kabupaten Nganjuk per 1 Januari 1929.

Setahun berselang, tepatnya pada 6 Juni 1930, Kabupaten Nganjuk mengadakan peringatan boyong emas dari Berbek ke Nganjuk pada 6 Juni 1930.

“Peristiwa boyong emas pada 6 Juni 1930 itu yang dilaksanakan oleh (Bupati) Sosro Hadikusumo. Jadi itu (peringatan boyong) yang ke-50 tahun,” papar Amin.

“Waktu itu divisualisasikan juga dengan memboyong replika dari pendopo Kabupaten Berbek. Makanya kami meniru visualisasi yang pada saat itu,” sambung dia.

Caption: Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, memasuki Pendopo KRT Sosrokoesoemo, dalam prosesi peringatan boyong pemerintahan yang baru pertama kali digelar oleh Pemkab Nganjuk, Selasa (6/6/2023) soreKOMPAS.COM/USMAN HADI Caption: Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi, memasuki Pendopo KRT Sosrokoesoemo, dalam prosesi peringatan boyong pemerintahan yang baru pertama kali digelar oleh Pemkab Nganjuk, Selasa (6/6/2023) sore
Pelurusan sejarah

Sebenarnya, sebelum ini Pemkab Nganjuk rutin mengadakan peringatan boyong dari Berbek ke Nganjuk tiap tanggal 9 April. Namun hal itu dianggap tak memiliki landasan sejarah yang kuat.

Sebab, perpindahan ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk terjadi pada 6 Juni 1880, bukan 9 atau 10 April.

Untuk 10 April sendiri diperingati sebagai Hari Jadi Nganjuk. Peringatan 10 April mengacu pada peristiwa penetapan daerah Anjuk Ladang sebagai sima swatantra oleh Mpu Sindok pada 10 April 937.

Penetapan sima ini tertera dalam Prasasti Anjuk Ladang, yang ditemukan di kawasan Candi Lor di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Adapun penetapan sima itu diberikan oleh raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, Mpu Sindok, karena rakyat Anjuk Ladang turut andil dalam mengusir tentara Melayu yang dari Wangsa Sailendra yang menyerang Medang.

“Jadi tanggal 10 April 1937 masehi itu ditetapkan menjadi hari jadi Nganjuk, ini yang harus dipegang. Karena dasarnya prasasti,” papar Amin.

Sementara, perpindahan ibu kota Kabupaten Berbek dari Berbek ke Nganjuk berlangsung pada era Hindia Belanda, jauh dari masa Kerajaan Medang periode Jawa Timur.

“Makanya kami juga mengapresiasi kepeminpinan Pak Marhaen yang sudah mengakomodir pelurusan sejarah. Jangan sampai anak-anak cucu kita nanti salah dalam melihat sejarah daerahnya,” pungkas pria yang juga menjabat Kabid Kebudayaan Disporabudpar Nganjuk ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Perahu yang Tenggelam dan Tewaskan 1 Orang di Bawean Gresik Diduga Kelebihan Muatan

Perahu yang Tenggelam dan Tewaskan 1 Orang di Bawean Gresik Diduga Kelebihan Muatan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Cerita 'Shin Tae-yong KW' Asal Ponorogo Saat Nobar Timnas: Banyak Warga Rebutan Foto

Cerita "Shin Tae-yong KW" Asal Ponorogo Saat Nobar Timnas: Banyak Warga Rebutan Foto

Surabaya
Sugirah Bakal Bersaing dengan Ipuk dalam Pilkada Banyuwangi 2024, Indikasi Perang Dingin Menguat

Sugirah Bakal Bersaing dengan Ipuk dalam Pilkada Banyuwangi 2024, Indikasi Perang Dingin Menguat

Surabaya
Perahu Berpenumpang 14 Orang Terbalik di Gili Noko Gresik, 1 Meninggal

Perahu Berpenumpang 14 Orang Terbalik di Gili Noko Gresik, 1 Meninggal

Surabaya
Sederet Fakta Kasus Kakek Bunuh Istri lalu Serahkan Diri Usai Tenggak Racun Tikus

Sederet Fakta Kasus Kakek Bunuh Istri lalu Serahkan Diri Usai Tenggak Racun Tikus

Surabaya
Pemkab Mojokerto Kucurkan Dana Rp 82 Miliar untuk Pilkada 2024

Pemkab Mojokerto Kucurkan Dana Rp 82 Miliar untuk Pilkada 2024

Surabaya
Tangis Mbah Wiji Kembali Bertemu Sang Anak yang Dikira Sudah Meninggal, Terpisah 30 Tahun

Tangis Mbah Wiji Kembali Bertemu Sang Anak yang Dikira Sudah Meninggal, Terpisah 30 Tahun

Surabaya
Hama Ulat Bulu Serang Permukiman Warga di Situbondo

Hama Ulat Bulu Serang Permukiman Warga di Situbondo

Surabaya
Bupati Banyuwangi Sesalkan Kekerasan Seksual di Pulau Merah, Pemkab Beri Bantuan Hukum dan Psikologis

Bupati Banyuwangi Sesalkan Kekerasan Seksual di Pulau Merah, Pemkab Beri Bantuan Hukum dan Psikologis

Surabaya
Kronologi Tawuran dan Tewasnya Pemuda 18 Tahun di Surabaya

Kronologi Tawuran dan Tewasnya Pemuda 18 Tahun di Surabaya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Selasa 30 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Copet Ditangkap Saat Nobar Timnas U23 Vs Uzbekistan di Balai Kota Surabaya

Copet Ditangkap Saat Nobar Timnas U23 Vs Uzbekistan di Balai Kota Surabaya

Surabaya
Polda Jatim: Pelat Nomor Moge yang Terlibat Kecelakaan di Probolinggo Tak Terdaftar

Polda Jatim: Pelat Nomor Moge yang Terlibat Kecelakaan di Probolinggo Tak Terdaftar

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com