KOMPAS.com - Sosok Marsinah selalu dikenang sebagai simbol perjuangan kaum buruh di Indonesia.
Bahkan Hari Buruh atau May Day yang diperingati setiap tanggal 1 Mei kerap dijadikan momen untuk mengenang sosok Marsinah.
Baca juga: Kronologi Kematian Marsinah
Tidak hanya itu, sosok Marsinah juga diabadikan dengan didirikannya sebuah monumen di desa tempat kelahirannya.
Monumen Pahlawan Buruh Marsinah berada di tepi Jalan Raya Baron, tepatnya di Desa Nglundo, Sukomoro, Nganjuk, Jawa Timur.
Lokasinya berada di seberang Jalan Marsinah dan tidak jauh dari pemakaman umum Desa Nglundo di mana jasad Marsinah disemayamkan.
Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenang Marsinah, Perempuan yang Memperjuangkan Hak Buruh
Pada Monumen Pahlawan Buruh Marsinah terdapat sebuah patung perempuan berwarna emas dengan rambut sebahu yang berdiri di atas dudukan berbentuk teratai.
Sosok Marsinah pada monumen ini mengenakan kemeja, rok, dan sepatu kets dengan satu tangan kiri yang terkepal meninju ke udara.
Di bawahnya terdapat dudukan patung berbentuk kubus berhias batu marmer yang bertuliskan “Pahlawan Buruh Marsinah”.
Baca juga: Buruh Kenang Perjuangan Marsinah lewat Film
Monumen Pahlawan Buruh Marsinah yang disaksikan saat ini adalah monumen baru setelah sebelumnya patung yang lama roboh ditabrak truk pada tahun 2014.
Sopir truk kemudian bertanggung jawab dengan membuat patung baru yang lebih bagus seperti yang ada saat ini.
Marsinah yang dikenal sebagai aktivis dan pembela hak buruh merupakan sosok kelahiran 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur.
Ayah Marsinah bernama Astin dan ibunya adalah Sumini, sementara kakak perempuannya bernama Marsini dan adik perempuannya bernama Wijati.
Hidup pada masa Orde Baru, Marsinah memiliki kisah hidup yang berakhir tragis.
Awalnya, Marsinah yang hanya lulusan SLTA memutuskan untuk merantau ke Surabaya pada 1989.
Keinginannya untuk mengenyam pendidikan perkuliahan harus pupus karena kondisi ekonomi yang tidak memunginkan.