Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Agung Sumenep, Akulturasi dan Simbol Toleransi Antarumat Beragama

Kompas.com - 08/07/2022, 18:51 WIB
Ach Fawaidi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Masjid Agung Sumenep, Jawa Timur, merupakan tempat ibadah bersejarah yang berdiri sejak 1779 Masehi.

Masjid yang memiliki makna filosofis pada setiap detail bangunannya, merupakan bagian dari sejarah yang melekat pada kebudayaan masyarakat Sumenep.

Masjid yang dulu bernama Masjid Jami’ dan merupakan masjid Keraton Sumenep itu menggabungkan berbagai unsur budaya dalam rancang bangunannya, yakni budaya Persia, Arab, India, Cina, dan Jawa.

Baca juga: Pulang Disambut Tangisan, 7 Warga Sumenep Tertipu Travel Haji Bayar Rp 250 Juta

Pola eklektis itu seperti merepresentasikan keberagaman etnis yang tinggal di pulau berpenghasil garam tersebut.

"Masjid Agung (Sumenep) inilah simbol keberagaman, simbol bahwa Islam itu mengayomi dan menjaga kerukunan umat beragama yang ada di Sumenep," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep, Moh Iksan kepada Kompas.com, Jumat (8/7/2022).

Baca juga: Tertipu Travel Haji, 7 Warga Sumenep Gagal Berangkat ke Tanah Suci, Uang Ratusan Juta Raib

Arsitek keturunan China

Iksan menjelaskan, Masjid Agung Sumenep dibangun oleh seorang arsitek keturunan China bernama Lauw Piango dengan dibantu oleh anak-anaknya.

Lauw Piango sendiri, lanjut Iksan, merupakan salah seorang pelarian dari Semarang, saat terjadi kerusuhan berbau SARA di daerah tersebut pada sekitar tahun 1740.

Dia memilih tinggal di Sumenep karena dianggap sebagai tempat yang aman dan sudah banyak warga keturunan Tionghoa yang menetap.

"Pengerjaan konstruksinya hingga akhir merupakan hasil gotong royong secara sukarela dari masyarakatnya atas perintah Panembahan Sumolo di Keraton Sumenep agar bangunan cepat selesai dan dapat dimanfaatkan," kata Iksan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com