BLITAR, KOMPAS.com - Warga di lingkungan Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen kidul, Kota Blitar menolak perbaikan jalan rusak oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Blitar. Sebab, perbaikan itu hanya dilakukan dengan cara penambalan pada titik ruas yang rusak atau tambal sulam.
Warga menghendaki adanya pengaspalan ulang dengan kekuatan yang memadai karena ruas jalan di lingkungan mereka banyak dilalui oleh truk pengangkut pasir.
Mereka mengekspresikan penolakan itu dengan mengecor beberapa titik jalan yang berlubang dan menandainya dengan pohon pisang. Mereka menjaganya bergantian.
"Kalau hanya ditambal-tambal seperti itu, nggak sampai sehari juga sudah rusak. Jadi bagi warga itu percuma," kata Iwan Suganda, salah satu warga setempat yang sedang berjaga.
Baca juga: Geger, Bocah 1,5 Tahun di Blitar Ditemukan Tewas Mengapung di Kolam Ikan Koi
Menurut Iwan, Jalan Sawunggaling yang melintas di lingkungan mereka merupakan jalur yang cukup padat dan banyak dilalui kendaraan dari luar daerah. Jalan itu juga kerap dilalui truk bermuatan pasir yang membawa beban berat.
Iwan mengatakan, warga di tiga RW di lingkungan tersebut sepakat menolak penambalan jalan. Sebagai bentuk protes, warga sepakat menggunakan dana bersama yang berasal dari uang iuran untuk membeli pasir dan semen.
"Kemarin kami sudah beli 10 sak semen untuk mengecor dua titik yang berlubang cukup dalam itu. Hampir setiap malam kerusakan jalan di sini mengakibatkan kecelakaan," kata Iwan.
Baca juga: Peringati Pemberontakan Peta, Seniman Asal Blitar Lukis Cepat di Depan Markas Kodim
Joko Prasetyo, warga lainnya menambahkan, sebenarnya jalan yang rusak parah di lingkungan mereka tidak boleh dilalui truk bermuatan berat, termasuk truk pasir.
Warga sudah beberapa kali mencoba melarang truk pasir melintas, namun sopir truk ngotot melintas dengan alasan mereka sudah membayar kepada oknum petugas.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.