MALANG, KOMPAS.com - Keterbatasan tak membuat Syamsu Anita Fitrianingsih (45) menyerah.
Kondisi tunadaksa dan menderita cerebral palsy, tidak menyurutkan langkah Anita untuk tetap berkreasi. Kini warga Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kota Malang, Jawa Timur tersebut telah menghasilkan 15 buku.
Anita bercerita bahwa dirinya sejak lahir tidak memiliki kondisi fisik yang sempurna seperti orang-orang pada umumnya.
Untuk berbicara pun, dia mengaku kesulitan dan terbata-bata.
"Untuk akhir-akhir ini, mungkin juga karena faktor usia, saya tidak kuat lagi berjalan jauh dan harus menggunakan kursi roda, kecuali kalau dipapah (dituntun)," kata Anita melalui keterangan tertulis pada Kompas.com, Kamis (6/7/2023).
Baca juga: Kisah Usman, Guru di Pedalaman Flores Timur, Jalan Kaki 5 Kilometer Susuri Hutan untuk Mengajar
Anita mengungkapkan, dirinya dilahirkan dalam kondisi prematur saat berusia delapan bulan dalam kandungan.
Menginjak usia tiga bulan ke atas, terjadi kejanggalan dalam tumbuh kembang tubuhnya. Anita kecil tak kunjung bisa bicara dan berjalan.
Melihat kondisi itu, kedua orangtuanya mengupayakan pengobatan dan berharap Anita bisa tumbuh normal.
Kedua orangtuanya pernah membawa Anita berkonsultasi ke dokter spesialis anak, saraf dan tulang.
Namun saat itu, salah satu dokter sempat memprediksi Anita hanya bisa bertahan sampai usia 25 tahun saja.
"Tapi Alhamdulilah, saya bersyukur sekali, bahwa Allah SWT Maha Penyayang. Masih memberi waktu pada saya (hidup), sampai detik ini," kata wanita kelahiran Malang, 15 September 1977 itu.
Pengobatan alternatif dan terapi juga pernah dilakoni oleh Anita. Anita baru bisa berjalan secara mandiri di usia tujuh tahun.
Sejak usia 2,5 tahun, Anita mengenyam pendidikan di SLB/D YPAC Malang hingga tamat SMP.
"Sejak itu, baik di rumah dan di sekolah, orangtua selalu membiasakan saya mandiri, walau tidak sesempurna orang-orang pada umumnya," katanya.
Sedangkan karir kepenulisan Anita dimulai saat bersekolah di YPAC Malang. Saat itu, dia sudah suka menulis puisi.