Berdasarkan pengalaman Dwi selama ini, sebenarnya banyak yang tertarik dengan hasil kerajinan daur ulang sampah. Karena dianggap unik, warna-warni, terang, dan nabrak warna.
Hanya saja, meskipun banyak yang mampu membeli, masih tetap jarang dipakai.
"Kalau menurut saya, ini kan peluang ya, ini kan pemasukan, tanpa harus modal besar, tidak perlu skill khusus, telaten, harusnya bisa berkembang."
Baca juga: Kartini Masa Kini: Aisyah-Alya, Srikandi Pengawal Ambulans di Jalanan Aceh
"Semestinya ada kebanggaan tersendiri karena memakai bahan daur ulang, karena mengurangi sampah," tutur Dwi.
Dia berharap pemerintah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sumenep terkait bisa berkoordinasi aktif dengan pemerintah desa mengenai kesadaran menjaga lingkungan dan membangun keterampilan mendaur ulang sampah.
"Jadi bisa dimasukkan ke RPJMDes-nya desa, misalnya. Ada pemberdayaan perempuan. Tapi sejauh ini belum," cetus dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang