Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dwi Retnowati, Kartini Pendaur Ulang Sampah dari Sumenep

Kompas.com, 21 April 2025, 11:41 WIB
Nur Khalis,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Dengan telaten, Dwi Retnowati mengajari para ibu-ibu mengunting plastik bekas mi instan, manisan, dan kopi saset yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.

Selain menggunting, mereka juga diajari cara melipat, merekatkan dengan staples, dan menganyam sampah daur ulang itu dalam beragam bentuk, mulai dari tas cangklong, tempat tisu, tas jinjing, hingga tas belanja.

"Harus telaten, mas. Karena memang tahapan produksi daur ulang sampah ini untuk jadi produk bernilai jual memang cukup banyak," kata Dwi Retnowati kepada Kompas.com di Sumenep, Minggu (20/4/2025) kemarin.

Baca juga: Kartini dari Banyuwangi, Tekad Ipuk Fiestiandani Dorong Pemberdayaan Perempuan

Dwi Retnowati, yang akrab dipanggil Dwi, adalah perempuan penggiat daur ulang sampah. Sejak tahun 2014 lalu, dia telah aktif menjadi kader lingkungan.

Selain sebagai ibu rumah tangga, Dwi juga menjadi Direktur Bank Sampah Mawar yang telah dirintisnya beberapa tahun silam.

Bank sampah yang masih eksis itu berada di Desa Marengan Daya, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

"Awal-awal, kesadaran warga tentang lingkungan masih belum memadai. Diajak bersih-bersih saja belum banyak yang berkenan," kenang Dwi.

Pertama kali tiba di bank sampah yang dirintisnya, setiap pengunjung akan disambut kreasi ecobrick besar bertuliskan "Marengan Daya".

Ecobrick, yang merupakan instalasi botol plastik, diisi padat dengan sampah plastik bekas, berada tepat di depan bangunan Bank Sampah Mawar yang selama ini menjadi tempat bagi ibu-ibu untuk belajar mendaur ulang sampah.

Baca juga: Ati Taek, Sopir Truk Perempuan Penerobos Daerah Terisolasi di Pulau Timor NTT

Dwi Retnowati bersama ibu-ibu pengrajin daur ulang di bank sampah Desa Marengan Daya, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. KOMPAS.com/ Nur Khalis Dwi Retnowati bersama ibu-ibu pengrajin daur ulang di bank sampah Desa Marengan Daya, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Bangunan bank sampah berukuran sekitar dua kali enam setengah meter itu terlihat lebih mencolok dari bangunan lain yang berada di sekitarnya.

Sebagian bangunan itu masih semi permanen. Namun, warna cat dan lukisan yang menghiasi dindingnya cukup menarik perhatian. Ada lukisan siluet dedaunan dan salah satu tokoh kartun.

Di dalamnya, beberapa sertifikat penghargaan terpajang di dinding. Di antara itu, beberapa kalimat ajakan peduli sampah yang dicetak pada banner berukuran kecil cukup menarik perhatian.

Menurut Dwi, mengelola bank sampah secara konsisten dan mandiri tidaklah mudah.

Memerlukan tenaga ekstra, terlebih karena harus membagi waktu antara bank sampah dan keluarga.

"Dukanya, jijik pasti. Bau pasti, butuh telaten, kesabaran, dan semangat. Makanya yang diajak gabung yang mau saja, karena tidak banyak yang berkenan dengan sampah," ujar Dwi.

"Kalau sukanya, yang tidak dilirik sama orang, dibuang cuma-cuma, dan kadang tidak terakomodir dengan baik di pinggir jalan, ternyata bisa jadi support rupiah buat kita."

"Buat beli baju baru, buat bantu keluarga agar dapur tetap ngebul, atau bahkan untuk biaya sekolah anak-anak," ungkap dia.

Baca juga: Hari Kartini, Fahira Idris: Perempuan Indonesia Pilar Peradaban dan Agen Perubahan

Setidaknya, lanjut Dwi, di tengah ekonomi yang sedang tidak stabil, ibu-ibu bisa mengandalkan sampah yang berserakan menjadi pundi-pundi rupiah.

Setiap kali produksi, 5-10 produk bisa dihasilkan dalam sehari. Hanya saja, jika bahan belum terkumpul dan belum siap dianyam, maka prosesnya bisa berminggu-minggu.

"Kalau dari pengumpulan bahan, sekitar dua minggu. Tapi hasilnya tidak hanya satu. Minimal 5-10 produk. Bahannya perlu proses untuk dibersihkan, dikeringkan, digunting, dilipat, disteples, dianyam untuk dibentuk menjadi tas," ujar dia.

Biasanya, Dwi dan para ibu-ibu sering memproduksi daur ulang sampah pada setiap akhir pekan, karena masih menyesuaikan dengan jadwal libur mereka masing-masing.

"Terkecuali ada pesanan, kita kumpul, secara massal melakukannya," sambung dia.

Pasar untuk menjual hasil kerajinan daur ulang sampah belum jelas dan tidak pasti. Hal itu dirasakan langsung oleh para perajin dan penggiatnya.

Sebagian hasil kerajian daur ulang di bank sampah mawar Sumenep, Jawa Timur.KOMPAS.com/ Nur Khalis Sebagian hasil kerajian daur ulang di bank sampah mawar Sumenep, Jawa Timur.
Kepada Kompas.com, Dwi mengaku bahwa selama ini hasil kerajinan mereka masih bergantung pada pelaksanaan event dan pameran baik tingkat desa, kecamatan, atau kabupaten.

Selain itu, mereka tidak memiliki pasar khusus untuk memperjualbelikannya.

"Pernah laku saat ada event. Seperti pameran, tugas sekolah, pameran di balai desa, baru banyak. Kalau dititipkan ke toko tidak pernah."

Baca juga: Aksinya Menolong Tukang Becak Viral, Tiga Polwan Polres Gowa Dapat Penghargaan di Hari Kartini

"Tapi kalau dipinjam, untuk dipajang di pameran dan yang lain, iya. Dan, alhamdulillah kadang ada yang laku juga," kata dia.

Pemerintah Kabupaten Sumenep belum pernah menyediakan pasar khusus untuk menjual barang dari para perajin daur ulang sampah.

Selama ini, informasi penjualannya hanya disampaikan dari mulut ke mulut atau diunggah ke grup bersama pendaur ulang sampah yang lain.

"Bukan tidak ada inisiatif dari Pemkab ya. Mungkin belum. Kami inginnya juga dikasih wadah. Jangan hanya dikumpulkan saat ada kegiatan saja. Tapi digelar pelatihan atau lainnya," harap dia.

Berdasarkan pengalaman Dwi selama ini, sebenarnya banyak yang tertarik dengan hasil kerajinan daur ulang sampah. Karena dianggap unik, warna-warni, terang, dan nabrak warna.

Hanya saja, meskipun banyak yang mampu membeli, masih tetap jarang dipakai.

"Kalau menurut saya, ini kan peluang ya, ini kan pemasukan, tanpa harus modal besar, tidak perlu skill khusus, telaten, harusnya bisa berkembang."

Baca juga: Kartini Masa Kini: Aisyah-Alya, Srikandi Pengawal Ambulans di Jalanan Aceh

"Semestinya ada kebanggaan tersendiri karena memakai bahan daur ulang, karena mengurangi sampah," tutur Dwi.

Dia berharap pemerintah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sumenep terkait bisa berkoordinasi aktif dengan pemerintah desa mengenai kesadaran menjaga lingkungan dan membangun keterampilan mendaur ulang sampah.

"Jadi bisa dimasukkan ke RPJMDes-nya desa, misalnya. Ada pemberdayaan perempuan. Tapi sejauh ini belum," cetus dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau