Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Terjebak, Begini Cara Mengenali Pinjol Ilegal Menurut Pakar Unair

Kompas.com, 19 April 2025, 14:16 WIB
Azwa Safrina,
Krisiandi

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pinjaman online (pinjol) adalah layanan pemberian uang secara cepat melalui aplikasi atau website yang memungkinkan pengajuan pinjaman dengan prosedur yang lebih mudah.

Namun, perlu juga untuk berhati-hati karena ada banyak pinjol ilegal yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang justru akan membawa kerugian yang besar.

Pinjol yang tak terdaftar itu lah yang masuk kategori ilegal. 

Guru besar Investasi dan Keuangan Universitas Airlangga (Unair) Imron Mawardi memberikan beberapa tips untuk mengenali pinjol ilegal atau legal.

Baca juga: Terjerat Pinjaman Online, Pria di Banjarmasin Bobol 3 Minimarket

Pertama, masyarakat dapat mengecek perusahaan peminjam apakah sudah terdaftar ke data OJK. Pengecekan bisa melalui website resminya di www.ojk.go.id.

“Biasanya kalau pinjol ilegal dalam melakukan penagihan menggunakan cara-cara yang terlarang, misalnya menyebar informasi korban atau mengancam korban melalui orang-orang di sekitarnya,” kata Imron kepada Kompas.com, Jumat (18/4/2025).

Kedua, pinjol ilegal biasanya akan menawarkan berbagai kelonggaran dan persyaratan yang terlalu mudah, tetapi dengan bunga yang sangat tinggi.

Ketiga, perusahaan pinjol biasanya akan memiliki beberapa cabang perusahaan lain untuk menawarkan pinjaman-pinjaman lain kepada korban.

Hal tersebut juga menjadi trik pinjol ilegal dalam melakukan restrukturisasi kepada nasabah sehingga membuat utang menumpuk berkali-kali lipat, bahkan sebelum peminjam menyadari.

“Misalnya ada orang pakai pinjol Rp 2 juta di perusahaan A dengan bunga 10 persen, terus dia tidak bisa membayar, nanti akan ditawari pinjaman lagi lewat perusahaan B dengan bunga yang lebih tinggi. Begitu terus sampai akhirnya utangnya menumpuk sebelum peminjam sadar,” jelasnya.

Baca juga: Cerita Perempuan Terjerat Pinjol, Korban Butuh Teman dan Lingkungan Baru yang Sehat

Literasi keuangan rendah

Menurutnya, peningkatan tren pinjaman online di Indonesia terjadi selain karena berbagai kemudahan akses yang ditawarkan, tetapi juga budaya konsumerisme yang sangat tinggi di masyarakat.

“Masyarakat setiap hari pasti memegang gadget sehingga sangat mudah sekali untuk tergiur hal-hal yang sebenarnya bukan kebutuhan tetapi hanya sekadar keinginan, lalu mulailah berbelanja,” tuturnya.

Selain itu, penawaran pinjol seperti iklan yang sangat agresif, serta masih minimnya literasi keuangan membuat masyarakat lebih mudah tertarik untuk mendapatkan pinjol.

Baca juga: Pria Ini Buat Laporan Palsu Pura-Pura Dibegal untuk Lunasi Pinjol

“Karena literasi keuangan juga masih rendah sehingga kalau butuh sesuatu masyarakat akan langsung mengakses (pinjol) tanpa memikirkan besaran bunganya dan efek yang ada,” ujarnya.

Ditambah lagi, di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang semakin pelik, justru semakin meningkatkan angka peminjam online.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau