Editor
Setahu Samiun, sejak beberapa tahun belakangan, operasi penangkapan di kawasan tersebut sudah mulai jarang dilakukan.
Namun sayangnya, stigma yang menyebut permukimannya dengan istilah 'kampung narkoba', tak kunjung sirna.
"Ada yang jual (narkoba). Sekarang enggak ada. Ya 1 dan 2 orang, ya mesti tahu. Tahun 2018 kalau gak salah (marak). Iya sudah diberantas KP3," katanya
Sementara itu, Ketua RW 8, Sidotopo, Semampir, Surabaya, Lutfi tidak menampik adanya anggapan negatif mengenai kampungnya yang disebut sarang peredaran narkoba.
Baca juga: Sisir Kampung Narkoba di Batam, Polda Kepri Amankan 88 Pengguna Sabu
Menurutnya, stigma tersebut muncul begitu saja, seiring dengan maraknya operasi penangkapan terduga pelaku penyalahgunaan narkoba di permukimannya.
"Artinya begini memang dulu-dulunya itu ada yang katakanlah pemakai, mungkin ada. Sampai ada kejadian-kejadian itu dulu," katanya
Lutfi juga mengaku keberatan jika stigma negatif tersebut cenderung terus menerus dilekatkan terhadap masyaraka di kampungannya.
Menurut dia, kehidupan warga permukimannya terbilang biasa-biasa saja, lazimnya warga Surabaya pada umumnya.
Dari sektor perekonomian warganya, ia tidak menemukan adanya aktivitas jual-beli terselubung yang mencurigakan; apalagi narkoba. Bahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, masih terus dilakukan, hampir tiap pekan.
Mulai dari senam bersama tiap minggu memanfaatkan momen car free day, kegiatan kader pos layanan terpadu (Posyandu), dan kegiatan khusus kalangan ibu-ibu dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Baca juga: Cerita Warga Saat Wapres Gibran Kunjungi Kampung Narkoba Palangka Raya
"Tapi setelah ada pandemi ini sebagian sudah istirahat," tegasnya
Transaksi barang haram yang cenderung tertutup, menurut dia, menyulitkannya dalam memastikan prasangka dan stigmatisasi yang menyebut perkampungannya sebagai sarang narkoba.
"Karena barang kayak gitu kan mungkin dirahasiakan. Saya itu enggak paham. Saya ingin cari tahu, ya enggak ada orang yang ngomong. Moro-moro ada kejadian penangkapan," ungkapnya.
Kendati begitu, ungkap Lutfi, stigma tersebut tidak berpengaruh negatif secara langsung dengan kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat.
Ia berharap, melalui peresmian Kampung Tangguh Bebas Narkoba, stigma tersebut berangsur sirna.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Andhi Dwi Setiawan | Editor: Robertus Belarminus), Tribun Jatim
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang