Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kematian Balita di Tulungagung, Polisi Sebut Ada Gangguan Pernapasan, Ibu Korban Kritis

Kompas.com, 3 Februari 2024, 09:10 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - SF, bocah perempuan berusia lima tahun ditemukan meninggal dalam kamar rumahnya di Desa Kepuhrejo, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, Jawa Timur pada Kamis (1/2/2024) sekitar pukul 03.00 WIB.

Penyebab kematian SF masih misterius karena SF tak memiliki riwayat penyakit serta tak ditemukan luka di tubuhnya.

Polisi pun melakukan otopsi pada jasad SF karema petugas kesulitan mendapat keterangan dari keluarga.

Ayah dan ibu SF sehari-hari berjualan di Pasar Ngantru. Saat mereka berjualan, SF biasanya dititipkan di rumah neneknya yang letaknya tak jauh dari Pasar Ngantru.

Baca juga: Bocah Meninggal Secara Misterius di Tulungagung, Polisi Kesulitan Dapatkan Keterangan Keluarga

Pada Rabu malam, ayah dan ibu SF berjualan seperti biasa dan korban dititipkan ke sang nenek.

Namun pada Rabu (31/1/2024) sekitar pukul 22.00 WIB, ibu korban yakni YM (32) pulang ke rumah karena sakit.

"Anaknya ini lalu diajak pulang sama ibunya. Sementara bapaknya pulang sekitar pukul 12 malam," jelas Kapolsek Ngantru, AKP Sumaji, Kamis (1/2/2024) di rumah korban.

Saat suaminya pulang, YM langsung muntah-muntah dan kondisinya menurun hingga dilarikan ke rumah sakit. Sebelumnya YM mengeluh sakit gigi karena geraham belakangnya tumbuh miring dan melukai gusi.

Saat ibu dan ayahnya ke rumah sakit, SF di rumah dalam kondisi tidur dan ditemani oleh sang nenek.

Baca juga: Bocah 5 Tahun di Tulungagung Mendadak Meninggal Dunia, Ibunya Muntah-muntah

Sang nenek pun menemani SF tidur dan sempat mengipasinya dengan tangan. Namun pada pukul 03.00 WIB, sang nenek merasa tubuh cucunya dingin.

Sat diperiks, SF sudah tak bernyawa.

"Neneknya tidak curiga, dia jaga cucunya yang tidur sambil dikipasi pakai tangan. Tahu-tahu cucunya ditemukan sudah tak bernafas," sambung Sumaji.

Kejadian ini lalu dilaporkan ke Polsek Ngantru

Sementara dari kamar tempat YM tidur ditemukan sejumlah barang, seperti gelas, kaleng minuman pereda panas dalam, air mineral dan serbuk putih yang diduga puyer.

Diduga benda-benda tersebut berkaitan dengan obat-obatan pereda nyeri sakit yang dialami YM.

"Seluruh cairan yang ada di ruangan kami amankan untuk uji laboratorium. Kami akan memastikan jenis cairannya," ujar Sumaji.

Baca juga: Pria di Tulungagung Cabuli Anak Tiri karena Sakit Hati pada Ibu Korban

Ia mengatakan tak ada tanda kekerasan fisik di tubuh S dan juga tak ada tanda keracunan.

Jenazah R dievakuasi ke Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal (IKF) RSUD dr Iskak Tulungagung.

Ada gangguan di saluran pernapasan

Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polres Tulungagung, Ipda Fatahillah Aslam Firmansyah, mengatakan hasil otopsi menunjukkan ada gangguan di saluran pernafasan.

“Untuk yang lain-lain, kami masih koordinasi dengan Laboratorium Forensik Polda Jatim dan Biddokkes setempat serta instansi terkait lainnya,” ujar Fafa, panggilan akrab Fatahillah.

Lanjut Fafa, secara umum korban meninggal karena kekurangan oksigen.

Sementara pihaknya juga masih kesulitan untuk mendapat keterangan pihak keluarga.

YM, ibu korban masih dalam kondisi syok hingga sulit diajak bicara. Sementara keluarga besarnya masih fokus pemakaman korban.

Baca juga: Polisi Selidiki Beredarnya Puluhan Video Asusila Pelajar di Tulungagung

“Apa yang menyebabkan kekurangan oksigen, itu yang akan kami ungkap. Jadi kami fokus pada kondisi saluran pernafasan,” tegasnya.

Saat ini polisi masih menunggau hasil uji lab terhadap sejumlah smaple termasuk sampel cairan lambung, darah dan rambut.

Selaun tu ia menyebut ada cairan dalam gelas yang ditemukan di kamar korban yang masih belum teridentifikasi.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Slamet Widodo | Editor: Andi Hartik), Surya.co.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau