Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Rumah Tak Lagi Aman untuk Sang Anak...

Kompas.com, 27 Januari 2024, 16:46 WIB
Rachmawati

Editor

Ia mengatakan warga setempat yang mengenal keluarga itu merasa heran dan benar-benar terkejut.

”Kemarin aja kerja bakti, ada semuanya [keluarga korban]. Ikut masih. Benar-benar enggak ada masalah, tanya orang-orang,” ungkapnya.

Apa yang terbaru dari kasus ini?

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono korban yang berusia 13 tahun sudah mengalami perlakuan pelecehan seksual selama empat tahun terakhir oleh empat anggota keluarganya

Namun, kasus itu baru terungkap setelah pihak keluarga eksternalnya melapor kepada polisi pada 5 Januari 2024.

“Sebenarnya [korban] tinggal dalam keluarga, ayah, ibu, kakak dan dengan paman-paman. Namun demikian, anak ini telah mengalami perlakuan pelecehan seksual sejak kelas 3 SD atau 9 tahun,“ kata Hendro kepada awak media.

Ia menjelaskan bahwa insiden terakhir terjadi pada Januari 2024, ketika kakak korban dalam keadaan mabuk ingin menyetubuhi korban. Namun, korban sedang menstuasi sehingga yang bersangkutan melakukan tindakan pelecehan lain.

Baca juga: Cerita Siti Fatimah Driver Ojol di Surabaya yang Jadi Korban Jambret, Anak Didorong dan Ponsel Diambil Paksa

“Atas hal tersebut, kemudian pihak eksternal keluarga melaporkan peristiwa ini kepada kami pada tanggal 5 Januari, yang mana laporan awalnya adalah pencabulan,“ ungkap Hendro.

Namun, setelah pemeriksaan kesehatan menunjukkan luka atau lecet pada kemaluan korban, kasus berubah menjadi pemerkosaan dan polisi melakukan penangkapan paksa terhadap empat orang tersangka lima hari setelah keluarga melapor.

“Para tersangka kami kenakan kenakan Pasal 81 dan Pasal 82 Undang-Undang Perlindungan Anak,“ katanya.

Saat ini, sambungnya, korban sedang menerima pendampingan dari Dinas Sosial untuk proses pemulihan kondisi psikis korban dan keamanan.

Mengapa kekerasan seksual oleh keluarga masih terjadi?

Ilustrasi kekerasan seksual pada anak.Shutterstock Ilustrasi kekerasan seksual pada anak.
Sosiolog Perkotaan Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN, Henny Warsilah, mengatakan lingkungan perkotaan yang padat penduduk tidak dapat menjamin keamanan bagi anak, karena masing-masing warga sibuk mengurus rumah tangga sendiri.

“Ciri budaya kota sering abai terhadap kondisi yang ada, dan lunturnya keakraban dan solidaritas. Keluarga terdekat yang seharusnya menjaga anggota keluarga malah menjadi predator anak,” kata Henny.

Ia mengatakan ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kasus pencabulan anak oleh keluarganya sendiri, di antaranya adalah masalah keluarga, kekerasan di dalam keluarga dan minimnya pengawasan.

“Lingkungan tempat anak itu mungkin memiliki ketidakseimbangan kekuasaan dan kurangnya kesadaran akan hak anak, yang dapat memicu kejadian semacam itu,” jelasnya.

Baca juga: Ibu yang Siksa Anaknya Secara Sadis di Surabaya Dikenal sebagai Paranormal

Oleh karena itu, Henny merasa komunitas dan LSM perlu bekerja sama untuk menyediakan edukasi publik yang dapat membantu mencegah kejadian serupa dengan meningkatkan kesadaran dan memberikan dukungan kepada korban

Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, mengatakan sebetulnya Surabaya sudah memiliki perangkat dan perlindungan anak yang cukup memadai dan dijalankan oleh pemerintah. Meski begitu, ia mengatakan kasus seperti ini terus terulang.

“Keberulangan ini yang harus menjadi PR kita semua. Inses ini sangat beragam, sangat kecil-kecil dan teknis penyebabnya. Kalau misalnya juga, orang tua yang mungkin bekerja di luar rumah dengan waktu lama,” kata Ai kepada BBC News Indonesia.

Ia memperkirakan ketika ibu korban sedang pergi bekerja atau saat ia dirawat di rumah sakit karena stroke, itulah ketika ayah, kakak dan paman-paman korban mengambil kesempatan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Surabaya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau