“Di sana makan dulu, namun Faiq tidak makan. Nasinya diberikan pada orang Banyuwangi yang keracunan obat di sana,” papar dia.
Selanjutnya, Muqit bersama Faiq kembali melanjutkan perjalanan ke stadion. Setibanya di lokasi, mereka mandi, shalat dan mengantre tiket.
“Ketika tiket punya Faiq sudah ada, dia masuk. Sedangkan saya kena tipu tiket palsu jadi enggak bisa masuk,” papar dia.
Baca juga: Renovasi Stadion Kanjuruhan Dimulai, Tangga dan Pintu Dibenahi, Tribune Bakal Single Seat
Tak hanya Muqit, banyak rombongan lainnya yang juga tertipu tiket palsu. Akhirnya, Muqit membeli tiket asli pada seseorang.
Namun, tiket itu baru dikantonginya ketika pertandingan sudah berjalan 70 menit. Bahkan, saat itu di dalam stadion polisi sudah menyemprotkan gas air mata.
Suasana malam itu mencekam, orang-orang berlarian panik. Jerit tangis mereka yang terjebak di pintu yang tak terbuka penuh, menyayat hati.
“Jadi saya masuk karena panik cari Faiq. Lalu teman saya kirim foto di depan gate 14. Foto itu seperti foto punggung almarhumah, sehingga saya berpikir Faiq aman,” papar dia.
Baca juga: Renovasi Stadion Kanjuruhan Dimulai 2024, Termasuk Pembangunan Monumen
“Awalnya saya sudah tenang, karena kayak fotonya Faiq. Namun ternyata bukan,” ungkap dia.
Akhirnya, Muqit kembali mencari Faiq dengan mengelilingi stadion.
Meski tubuhnya lelah, yang ada di pikiran Muqit saat itu hanyalah menemukan Faiq.
Kakinya terus melangkah hingga tak sadar waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB. Muqit baru menemukan Faiq sekitar pukul 01.00 WIB usai mendapat telepon dari temannya.
“Faiq meninggal dunia, kata teman saya, saya jawab ah yang benar kamu,” ucap Muqit menirukan ucapannya kala itu.
Baca juga: Waskita Karya Garap Proyek Renovasi Stadion Kanjuruhan Senilai Rp 322 Miliar
Setelah mendapat kabar itu, Muqit segera mendatangi lokasi yang ditunjuk temannya. Di sana ia melihat tubuh Faiq sudah terbujur kaku.