Tangisnya pun pecah. Dini hari itu, Muqit tak berhenti terisak.
“Awalnya saya tidak percaya kalau itu Faiq, tapi setelah melihatnya, saya langsung nangis,” papar dia.
Baca juga: Renovasi Stadion Kanjuruhan Dimulai, Tangga dan Pintu Dibenahi, Tribune Bakal Single Seat
Muqit merasa hancur ketika melihat temannya sudah meninggal dunia. Pikirannya campur aduk antara percaya dan tidak.
Muqit juga menghubungi temannya di Jember untuk mengabarkan pada keluarga Faiq bahwa Faiq sudah meninggal dunia.
“Habis itu saya cari ambulans, ada tentara yang ngasih nomor ambulans ke sana (Jember). Setelah harga ambulans sepakat, saya bawa Faiq pulang pakai ambulans pulang ke Jember,” tutur dia
Ketika tiba di rumah duka, orangtua Faiq berteriak histeris. Hari itu pun menjadi hari tak terlupakan bagi Muqit.
“Saya tidak bisa lupa kejadian itu, fotonya almarhumah waktu meninggal tidak saya hapus,” ucap dia.
Baca juga: Keluarga Korban Bersyukur Vonis Bebas 2 Polisi Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Dibatalkan
Setelah setahun tragedi Kanjuruhan terjadi, Muqit memiliki keinginan untuk kembali mengunjungi stadion tersebut dan berdoa di tempat berpulangnya sang sahabat.
“Saya juga ingin lihat isi dalam stadion itu, mengenang kenangan pahit,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.