Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Daftar Candi di Jawa Timur: Lokasi dan Sejarah

Kompas.com, 15 September 2023, 21:48 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Candi merupakan hasil budaya dari peninggalan kerajaan Hindu-Buddha, tak terkecuali candi di Jawa Timur.

Candi di Jawa Timur tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut, seperti Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram Kuno (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dan lain sebagainya.

Masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia pada sekitar abad ke-2 M membawa kebudayaan Indonesia baru, salah satunya candi sebagai salah satu kebudayaan arsitektur.

Bangunan candi di Jawa Timur terbuat dari batu merah (tanah liat), andesit (batu yang keluar dari perut bumi saat letusan gunung berapi), dan batu kapur.

Jenis material utama yang digunakan disesuaikan dengan jarak lokasi sumber material tersebut.

Jawa Timur merupakan wilayah yang memiliki banyak candi, selain Jawa Tengah.

Keberadaan candi di Indonesia dibangun sekitar abad ke-6 hingga 15 Masehi.

Baca juga: Mengenal Candi Singasari di Malang, Sejarah, Lokasi, Fungsi, dan Ciri-ciri

Fungsi candi pada masanya antara lain sebagai tempat persembahyangan pada dewa, istana kerajaan, untuk mengenal seseorang yang berkuasa, maupun tempat khusus yang suci.

Candi-candi tersebut masih kokoh hingga saat ini meskipun pernah dilakukan pemugaran.

Berikut ini candi di Jawa Timur.

Candi di Jawa Timur

1. Candi Singasari

Lokasi Candi Singasari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Sejarah Candi Singasari diperkirakan oleh ahli perbakala dibangun pada 1300 M dan terbuat dari batu andesit.

Candi Singasari bercorak agama Hindu-Buddha.

Tujuan pembangunan Candi Singasari sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara wafat pada tahun 1292.

Terdapat dua candi yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara, yaitu Candi Jawi dan Candi Singasari.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari pada tahun 1272-1292 M di masa pemerintahan Raja Kertanegara.

2. Candi Jolotundo

Pertirtaan Jalatunda atau Candi Jolotundo, di Jawa Timur. Prasasti aksara kwadrat tertua.  Shutterstock/Andi Wahyudi Pertirtaan Jalatunda atau Candi Jolotundo, di Jawa Timur. Prasasti aksara kwadrat tertua.

Lokasi Candi Jolotundo terletak di Bukit Bekel, lereng barat Gunung Penanggungan, Jawa Timur.

Candi Jolotundu berupa petirtaan atau pemandian yang terbuat dari bahan andesit.

Sejarah Candi Jolotundo menyebutkan Candi Jolotundo didirikan pada tahun 977 M.

Pembangunan Candi Jolotundo untuk menghormati leluhur Pandawa dalam kisah Mahabarata, yakni Raja India yang bernama Udayana.

Nama Udayana di Indonesia merupakan raja yang tidak lain adalah ayah dari Raja Airlangga di Jawa Timur.

Udayana diketahui berasal dari Bali dan menikah dengan putri dari Jawa yang bernama Guna Priyadharmapatni. 

Baca juga: Candi Jolotundo, Wisata Religi Mojokerto, Airnya Bikin Awet Muda...

Perkawinan tersebut melahirkan Airlangga yang akhirnya berkuasa di Jawa Timur.

Udaya memerintah Bali pada tahun 1011-1022.

Raja Airlangga diperkirakan hidup saat pemandian Jolotundo masih digunakan dan mempunyai kaitan erat dengan pemandian tersebut.

Pemandian Jolotundo hingga saat ini masih mengeluarkan air meskipun hampir seluruh relief yang berfungsi sebagai pancuran telah hilang.

3. Candi Penataran

Candi Penataran yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri.blitarkab.go.id Candi Penataran yang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri.

Lokasi Candi Penataran terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Candi Penataran merupakan kompleks candi Hindu Siwa sebagai kompleks candi Hindu termegah dan terluas di Jawa Timur, tepatnya terletak di lereng barat daya Gunung Kelud.

Sejarah Candi Penataran menyebutkan Candi Penataran dibangun pada masa Kerajaan Kediri, pada masa pemerintahan Raja Srengga (1190-1200) sekitar abad ke-12.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau