Dan penyebab tidak adanya kabar kepulangan itu, kata Bambang, baru diketahui kemudian setelah Sugiati mulai bisa diajak bicara.
“Ternyata HP-nya (ponsel) hilang. Jadi dia tidak bisa memberi kabar mau pulang,” jelas Bambang.
Karena itu, tidak ada keluarga yang menjemput Sugiati di stasiun dan Sugiati memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki menyusuri rel kereta.
Baca juga: Lokasi Penemuan 26 Granat di Blitar Diduga Bekas Markas Pejuang Kemerdekaan
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Humas Polres Blitar Iptu Udiono mengatakan Sugiati diduga tidak menyadari adanya kereta yang melaju dari arah belakang saat dirinya berjalan menyusuri rel pada Senin pagi itu.
“Kemungkinan korban naik kereta api yang datang sebelum Gajayana. Dan kalau tidak salah Gajayana tidak berhenti di stasiun kecil seperti Stasiun Wlingi,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu.
Menurut Udiono, Sugiati juga mengenakan jaket hoodie yang menutup kepalanya sehingga mengurangi kemampuannya mendengar suara kedatangan kereta dari belakang.
Baca juga: 26 Granat yang Ditemukan Warga Blitar Diledakkan di Aliran Lahar Gunung Kelud
Udiono mengatakan nyawa Sugiati masih tertolong setelah tertabrak kereta api salah satunya karena faktor keberuntungan.
Keberuntungan yang dia maksud adalah tidak ada bagian tubuh korban yang berada di atas rel saat rangkaian kereta api menabrak dan melintas persis di atas tubuhnya.
“Mungkin setelah tertabrak korban langsung pingsan. Dan beruntung posisinya tengkurap di tengah rel. Jika tidak pingsan, kepalanya diangkat sedikit pasti terbentur bagian bawah gerbong kereta,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.