Salin Artikel

Penuturan Kakak Sugiati, Perempuan yang Masih Hidup meski Tertabrak KA: Dia Baru Jalan 300 Meter dari Stasiun

Perempuan berusia 36 tahun itu bermaksud pulang ke rumahnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dengan berjalan kaki menyusuri rel kereta api.

Sugiati sempat dilaporkan tewas usai tertabrak kereta api, namun di rumah sakit ternyata nyawa Sugiati masih tertolong.

Menurut kakak Sugiati yang bernama Bambang, Sugiati baru saja turun dari kereta api yang membawanya dari Jawa Tengah hingga Stasiun Wlingi di Blitar pada Senin pagi itu.

Kereta yang tidak dia sebutkan namanya itu, datang lebih dulu dari pada rangkaian Kereta Gajayana yang menabrak Sugiati.

“Dia baru berjalan kaki sekitar 300 atau 500 meter dari Stasiun Wlingi menyusuri rel. Mungkin dia tidak menyangka akan ada kereta dari belakang yang segera lewat,” ujar Bambang kepada wartawan, Rabu (16/11/2022).

Bambang menyebutkan, kabar Sugiati tertabrak kereta api membuat keluarga sangat kaget karena adik perempuannya itu belum lama pamit ke keluarga untuk berangkat ke sebuah kota di Jawa Tengah untuk menemui pacarnya.

Lebih-lebih tidak ada kabar sebelumnya tentang rencana kepulangan Sugiati ke Blitar.


Dan penyebab tidak adanya kabar kepulangan itu, kata Bambang, baru diketahui kemudian setelah Sugiati mulai bisa diajak bicara.

“Ternyata HP-nya (ponsel) hilang. Jadi dia tidak bisa memberi kabar mau pulang,” jelas Bambang.

Karena itu, tidak ada keluarga yang menjemput Sugiati di stasiun dan Sugiati memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki menyusuri rel kereta.

Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Humas Polres Blitar Iptu Udiono mengatakan Sugiati diduga tidak menyadari adanya kereta yang melaju dari arah belakang saat dirinya berjalan menyusuri rel pada Senin pagi itu.

“Kemungkinan korban naik kereta api yang datang sebelum Gajayana. Dan kalau tidak salah Gajayana tidak berhenti di stasiun kecil seperti Stasiun Wlingi,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu.

Menurut Udiono, Sugiati juga mengenakan jaket hoodie yang menutup kepalanya sehingga mengurangi kemampuannya mendengar suara kedatangan kereta dari belakang.

Udiono mengatakan nyawa Sugiati masih tertolong setelah tertabrak kereta api salah satunya karena faktor keberuntungan.

Keberuntungan yang dia maksud adalah tidak ada bagian tubuh korban yang berada di atas rel saat rangkaian kereta api menabrak dan melintas persis di atas tubuhnya.

“Mungkin setelah tertabrak korban langsung pingsan. Dan beruntung posisinya tengkurap di tengah rel. Jika tidak pingsan, kepalanya diangkat sedikit pasti terbentur bagian bawah gerbong kereta,” ujarnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/17/080647178/penuturan-kakak-sugiati-perempuan-yang-masih-hidup-meski-tertabrak-ka-dia

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com