Saat itu, aparat dengan membawa tongkat pemukul, tameng dan senjata bersiaga. Tidak lama kemudian, gas air mata ditembakkan.
"Kemudian banyak Aremania lari ke lapangan, bukan menyerang petugas tetapi menyelamatkan diri, semakin brutal, teman-teman banyak yang loncat, tahu sendiri pagar tribune tingginya seperti apa," katanya.
Dia juga melihat adanya tembakan kedua dan ketiga yang berjarak dekat dengan tribune. Dadang bisa selamat karena berusaha menutupi wajahnya dengan pakaian yang digunakan.
Meski begitu, dia masih merasakan bau menyengat dari gas air mata yang sangat tajam dan perih di kulit.
Baca juga: Harapan Pelatih Arema FC usai Kerusuhan Mengguncang Kanjuruhan
"Kenapa saya bisa selamat? saya tutupi dengan kaus saya, termasuk teman saya dari lampung, tadinya panik, tutupono raimu ambe rompimu. Bau gas air mata sangat tajam dan perih di kulit," katanya.
Menurutnya, saat itu posisi pintu masuk selatan atau Gate 10-13 dalam kondisi tertutup. Padahal, saat itu Aremania berdesakan untuk berusaha keluar. Kemudian, Aremania menjebol pintu darurat dekat tribun VIP.
Dadang kemudian mencari jalan keluar dari stadion. Saat itu ia melihat banyak orang bergeletakan di sekitar Pintu 14 dekat tribun VIP. Bahkan, salah satu temannya meninggal dunia.
Baca juga: Kapolres Malang dan 9 Komandan Brimob Dicopot, Buntut Tragedi Stadion Kanjuruhan
"Suasana agak mereda, saya bisa keluar, kemudian Pintu 14 dekat VIP, teman-teman saya banyak yang bergeletakan, Ya Allah teman saya biasanya ngopi di Curva Sud sudah MD (Meninggal Dunia)," katanya.
Kemudian, dirinya kembali lari ke tribun untuk menolong para korban yang tergeletak. Dia mencari bantuan polisi, namun tidak ada yang mau menolong karena situasi saat itu sudah kacau.
"Saya lari ke tribune untuk membantu teman yang masih berdesakan, hanya satu pintu mereka pepetan, ada yang berdarah, saya gendong sampai meninggal, kemudian saya lari mencari bantuan ke polisi tidak ada yang bantu, mungkin amarah dari Aremania ada polisi yang dipukuli," katanya.
Dadang juga melihat di sekitar stadion ada banyak jenazah yang tergeletak.
"Saya minta untuk diangkat ke VIP, saya pikir jenazah hanya empat di sana saja, ternyata (di tempat lain) ada tiga, satu polisi, dua jenazah perempuan, kemudian di mushala VIP banyak jenazah," katanya.