LUMAJANG, KOMPAS.com - Kabupaten Lumajang tidak bisa dipisahkan dari sosok karismatik Arya Wiraraja. Dia adalah pendiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang menjadi asal usul Kabupaten Lumajang.
Sebuah kesenian budaya jaran kencak (jaran lompat) yang berasal dari tanah kelahirannya di Madura juga menjadi salah satu bukti keberadaan Arya Wiraraja di Kabupaten Lumajang.
Baca juga: Pasar Hewan di Lumajang Akan Disterilisasi, Jual Beli Sapi Dialihkan ke RPH
Jaran kencak sendiri diyakini masyarakat diadopsi dari kuda milik salah satu pendekar pendiri kerajaan Majapahit yakni Ranggalawe yang merupakan putra dari Arya Wiraraja.
"Jika dikaitkan dengan sejarah Arya Wiraraja mungkin saja benar, karena kesenian ini memang aslinya dari Madura, di sini diadopsi oleh masyarakat Pandalungan," kata Aries Purwanti, Staf Tenaga Teknis Arkeologi Museum Daerah Lumajang, Rabu (25/5/2022).
Beberapa kabupaten di tapal kuda memiliki ciri khas masing-masing dalam memamerkan jaran kencak.
Kabupaten Lumajang biasa menampilkan kesenian ini bersama dengan tari kopyah, jaran slening, dan tari glanting.
Baca juga: PMK di Lumajang Memasuki Fase Kritis, Pemkab Sediakan Call Center untuk Peternak
Pada tahun 2015, jaran kencak diresmikan menjadi warisan budaya tak benda milik Lumajang dibuktikan dengan ditemukannya relief kuda berhias di Candi Kedungsari, Desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang.
Jaran kencak terdiri dari dua jenis yakni jaran kencak manten dan jaran kencak manjeng (berdiri atau atraksi).
Perbedaannya, jaran kencak manten dipenuhi dengan aksesoris seperti manik-manik dan pelana berhiaskan bulu merak. Biasanya digunakan sebagai arak-arakan.
Baca juga: Warga Lumajang Padati Kawasan Wonojero Terpadu, Ternyata Ini Penyebabnya...
Setiap satu jaran kencak memiliki satu orang pawang dan satu orang pendamping.
"Di Lumajang ada orang yang menjadi sosok perintis kepopuleran namanya Aak Abdullah Al Kudus. Sekarang penyebaran Jaran Kencak sudah menyebar di 21 kecamatan. Penyebaran terbesar ada di kawasan Lumajang bagian utara tepatnya kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang dan Randuagung," kata Aries.
Baca juga: Sapi Seberat 1 Ton di Lumajang Mati Terjangkit PMK, Sempat Ditawar Rp 35 Juta
Sanali (62) pendiri paguyuban Rukun Sampurna Jaya mengatakan, Jaran Kencak manten memiliki filosofi untuk mendidik anak sejak kecil bahwa ada orang yang harus dihormati.
"Jaran kencak manten filosofinya untuk memberi tahu kepada anak- bahwa yang di arak adalah pemimpin yang harus dihormati," ungkapnya.
Baca juga: PMK di Lumajang Terus Meningkat, Bupati: Dokter Hewan Kami Cukup...
Dalam Expo Pendidikan dan Kebudayaan yang diselenggarakan Pemkab Lumajang siang tadi terlihat pertunjukan Jaran Kencak yang mengundang perhatian masyarakat.
Sebab, lebih dari dua tahun, masyarakat Lumajang tidak bisa menikmati kesenian yang sangat mereka banggakan.
"Senang sekali lihat animo masyarakat sangat tinggi menyaksikan Jaran Kencak. Tadi sampai ada pengunjung yang rebutan naik di punggung kuda. Semoga pembatasan sudah tidak ada, sehingga kami bisa terus melestarikan," ujar Sanali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.