Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pelukis di Malang, Karyanya Dipesan Musisi dan Aktor Mancanegara, dari Black Sabbath hingga Joe Manganiello

Kompas.com, 15 Februari 2022, 16:00 WIB
Imron Hakiki,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sebuah rumah sederhana berukuran sekitar 7x9 meter di kawasan Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang tampak sepi, meski pintu rumah terbuka lebar.

Di tempat itulah si tuan rumah bernama Toha Mashudi (48) menelurkan karya-karya lukisan yang diminati tokoh-tokoh mancanegara.

Baca juga: Jual Beli 2.500 Ekor Benih Lobster Digagalkan di Malang, Pelaku Ternyata Seorang Residivis

Lukisannya dibeli musisi hingga aktor mancanegara

Saat ditemui oleh Kompas.com, sosok Toha tampak sangat sederhana. Namun siapa sangka, di balik kesederhanaanya itu, Toha terkenal hingga mancanegara berkat goresan tangannya.

Sejumlah tokoh dan musisi mancanegara kerap membeli gambar yang diklaim beraliran surrealisme fantasi itu.

"Yang terakhir, kru Band Black Sabbath menghubungi saya untuk dibuatkan gambar sebagai ilustrasi poster event tour-nya. Tapi sampai saat ini belum deal. Mungkin karena kesibukan di sana," terangnya.

Baca juga: Polisi Akan Tetapkan Tersangka Terkait Ricuh Pertandingan Liga 3 di Kota Malang

Tak hanya Black Sabbath, band Equilibrium, Archenemy, Marauda, Exmortus, dan aktor ternama Joe Manganiello telah membeli karyanya.

"Mereka kalau bertransaksi dengan saya melalui pesan Instagram. Yang melayani istri saya, sebab saya tidak bisa bahasa Inggris," tuturnya.

Baca juga: Penderita Penyakit Jantung di Malang Raya Meningkat, Didominasi Masyarakat Usia 40 Tahun ke Atas

Toha Mashudi saat melukisKOMPAS.COM/Imron Hakiki Toha Mashudi saat melukis
Menggambar sejak puluhan tahun silam

Berbagai lukisan terpajang di sebuah kamar di rumahnya. Karya lukisnya identik dengan tema-tema horor, kematian dengan mengutamakan kedetailan garis.

"Media yang saya gunakan drawing pen dan kertas canson," ujarnya.

Bapak dari dua anak itu mengaku menggeluti dunia seni rupa itu sejak tahun 2016.

Namun untuk kegiatan menggambar secara umum pihaknya sudah memulainya sejak tahun 1991 silam.

"Awal mula saya menggambar airbrush sepeda motor, di rumah tempat asal saya, Desa Wandanpuro, Kecamatan Bululawang tahun 2001," tuturnya.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini, 15 Februari 2022, Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan Ringan

Setahun berikutnya, tepatnya tahun 1992, ia pensiun dari pekerjaan yang dia geluti, dan berpindah kerja sebagai pegawai pabrik gula di kawasan Kecamatan Bululawang.

"Meski bekerja, saya tidak bisa meninggalkan hobi menggambar saya. Kebetulan kerja saya bagian administrasi. Jadi banyak duduknya. Nah, sembari bekerja saya bisa sambil menggambar dengan media kertas rokok," jelasnya.

Baca juga: Lapas Kelas 1 Malang Bantah Ada Napi Terlibat Peredaran Narkoba dari Penjara

Ahot, panggilan akrabnya, bekerja di pabrik gula hingga tahun 1997. Setelah itu ia mengadu peruntungan merantau ke Bali. Di sana ia kembali membuka usaha jasa airbrush motor.

"Selama di Bali saya juga semakin banyak belajar tentang teknik menggambar kepada para seniman-seniman seni rupa di sana," ujarnya.

Baca juga: Nyambi Edarkan Narkoba, Penjual Bakso di Malang Ditangkap Polisi

Kemudian pada 2016 ia memutuskan pensiun dari pekerjaannya dan kembali ke Malang. Dia pun bertekad untuk menjadi seorang perupa murni.

"Saat itu juga saya mulai membuat akun instagram dan memposting karya-karya di sana," ujarnya.

Selang beberaopa lama, peminat karyanya mulai berdatangan. Mereka membeli karya yang sudah ada hingga memesan gambar sesuai konsep yang diinginkan.

"Pertama kali karya saya dibeli seharga Rp 300.000, kemudian meningkat menjadi Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. Harga itu bukan bandrol dari saya, tapi pembelinya sendiri, " jelas Ahot.

Baca juga: Jadwal dan Harga Tiket Kereta Api Surabaya-Malang PP Terbaru 2022

Tertarik dengan hal ekstrem dan horor

Ahot mengaku tidak pernah membanderol harga, termasuk untuk pembelinya dari mancanegara. Namun, menurutnya pembeli di sana menghargai karyanya senilai 300 hingga 500 dollar.

"Untuk gambar yang dipesan kru Black Sabbath saya membanderol 300 dollar, seperti pembeli mancanegara lain. Tapi ia mengatakan akan membeli seharga 500 dollar," tuturnya.

Ahot menceritakan bakat menggambarnya itu memang sudah muncul sejak kecil. Seiring ia juga sangat tertarik dengan hal-hal ekstrem dan horor.

Misalnya terkait film kesukaannya, ia mengaku selalu tertarik dengan film horor.

Begitupun terkait buku bacaan kesukaannya, ia juga suka dengan buku-buku bergenre kriminalitas, pembunuhan, dan horor.

Baca juga: Ratusan Mahasiswa di Malang Demo, Kecam Tindakan Represif Aparat di Desa Wadas

"Lalu ketika menggambar saya pun suka menggambar hal-hal horor, seperti tengkorak dan makhluk-makhluk aneh begini," katanya.

Untuk mengasah kemampuannya menggambar, ia kerap membeli buku-buku tentang seni rupa.

Dari sana mendalami teknik menggambar dari akademisi seni rupa. Selain itu, pihaknya juga rajin mengliping ulasan seni rupa dari berbagai majalah dan surat kabar, sekaligus belajar secara langsung kepada perupa-perupa lain. Termasuk ketika ia merantau ke Bali.

"Hanya dari situlah saya mengasah kemampuan menggambar saya. Tanpa bersekolah atau kursus. Jadi saya memang belajar secara otodidak murni," jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau