Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan Padepokan yang Gelar Ritual Maut di Jember Dikenal sebagai Paranormal, Selalu Gunakan Selendang Hijau

Kompas.com - 15/02/2022, 11:19 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Nur Hasan, pria Dusun Botosari, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jamber, menjadi pembicaraan publik.

Pria yang akrab dipanggil Hasan itu diketahui mengoordinasi 28 orang melakukan ritual di Pantai Payangan pada Minggu (13/2/2022) dini hari.

Dalam peristiwa tersebut, 11 orang tewas tergulung ombak ganas pantai selatan saat melakukan ritual.

Disebutkan bahwa para korban sempat berkumpul di rumah Hasan dan berangkat bersama-sama ke Pantai Payangan pada Sabtu (12/2/2022) malam.

Baca juga: Baru Setahun Menikah, Bripda Febriyan Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan, Sempat Pamit ke Istri

Rumah Nur Hasan berwarna putih berada di Dusun Botosari persis di pinggir jalan menghadap ke selatan.

Hampir setiap hari, rumah Hasan dikunjungi banyak tamu. Apalagi saat malam Jumat, jumlah tamu yang datang mencapai 20 orang.

Tetangga kiri kanan Hasan sudah biasa melihat rumah Hasan sering dikunjungi tamu. Maklum, di lingkungan tersebut Hasan dikenal sebagai paranormal.

Cerita yang beredar, Hasan dianggap parnormal karena dianggap mampu menerawang nasib orang di masa depan dan mengajak orang meraih ketenangan jiwa.

"Dia kalau ke mana-mana pakai selendang hijau," kata Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuh Mencek.

Baca juga: Cerita Remaja di Jember, Ayah dan Ibunya Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan: Semua Berpakaian Hitam

Pernah kerja di Malaysia

Pantai Payangan Jember.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Pantai Payangan Jember.
Budi mengatakan, sosok paranormal sangat begitu melekat pada diri Hasan. Tamu-tamu yang datang bukan hanya dari kalangan bawah.

Tak sedikit tamu yang datang membawa mobil. Saking eksisnya, kemampuan ini sudah menjadi pekerjaan Hasan. Sampai-sampai, dia bisa menghidupi dua istri dan dua anak.

Budi mengatakan, Hasan sempat bekerja di Malaysia dan saat pulang, Hasan dikenal sebagai paranormal.

"Kalau Pak Hasan dulunya ini kerja di Malaysia. Terus 2010 itu pulang. Kayaknya setelah itu, dia dikenal sebagai paranormal," ujarnya.

Baca juga: Pernah Jadi MC Dangdut, Ini Sosok Hasan Pemimpin Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang Gelar Ritual di Pantai Payangan

Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, dari hasil penyelidikan sementara, Kelompok Tunggal Jati ini merupakan tempat pengobatan alternatif.

Namun, tujuan orang yang datang ke Hasan juga bermacam-macam. Ada yang ingin konsultasi masalah ekonomi, rumah tangga, ataupun kesehatan.

"Nah, ini kesehatan secara fisik maupun batin. Bermacam-macamlah alasan orang yang datang dan bergabung," beber Hery.

Kebanyakan, pengikut Hasan dulunya adalah pasien dari Hasan. Banyak pasien mengaku sembuh setelah datang ke Hasan. Keberhasilan itu sering diceritakan pasien-pasien ke orang lain. Sehingga, cukup banyak yang tertarik menjadi pengikutnya.

"Eksisnya dari getok tular," pungkas Hery.

Baca juga: Mengenal Pantai Payangan yang Jadi Lokasi Ritual Maut di Jember, Ada Teluk Berbentuk Hati

Pengobatan secara spiritual

Tim SAR gabungan membawa korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamatANTARA FOTO/WAHYU Tim SAR gabungan membawa korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, Hasan melalukan pengobatan secara spritual.

"Ini awalnya untuk melakukan pengobatan secara spiritual. Karena yang datang itu ada yang sakit secara fisik dan psikis, sehingga ingin sembuh, ada yang punya masalah ekonomi, juga ada yang punya masalah keluarga," ujar Hery, Senin (14/2/2022), dikutup dari Tribun Jember.

Masalah ekonomi itu antara lain ada yang ingin kaya. Sakit yang diderita oleh mereka yang datang antara lain karena ilmu hitam atau sihir.

Baca juga: 5 Fakta Pantai Payangan Jember, Punya Bukit-bukit Kecil di Tepi Laut

"Kemudian mereka yang sembuh itu memberikan testimoni kepada satu atau dua orang, sehingga kemudian ikut" kata Hery.

Dalam prosesnya, mereka juga melakukan pengajian. Pengajian setiap hari diikuti oleh 20-30 orang yang dilakukan di rumah Nurhasan, Ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara.

Hery menyebut, dari penyelidikan sementara tidak ada yang keliru dari bacaan yang dibaca. Bacaan itu seperti beberapa surat dalam kitab suci, juga ada bacaan dalam Bahasa Jawa.

Karenanya, untuk memastikan apakah kelompok itu menyimpang atau tidak, pihaknya memerlukan keterangan saksi.

Baca juga: Polisi Periksa 13 Saksi Terkait Ritual Maut Pantai Payangan Jember yang Tewaskan 11 Orang

Evakuasi warga yang tenggelam di pantai payangan Jember Bagus Supriadi/Dokumentasi Basarnas Jember Evakuasi warga yang tenggelam di pantai payangan Jember
Kelompok Tunggal Jati Nusantara berdiri sejak tahun 2011. Namun, mulai banyak memiliki anggota sekitar tahun 2015.

"Sejauh ini ada sekitar 100 orang anggotanya. Namun, setiap kali pertemuan paling hanya sekitar 20 orang, karena dilakukan di rumah ketuanya," imbuhnya.

Salah satu hal yang dilakukan di kelompok itu adalah melakukan ritual di laut. Ritual dilakukan di Pantai Payangan, salah satu titik dalam pesisir laut selatan Jember.

Melalui kegiatan ritual di laut itu, mereka ingin membuang sial melalui proses pembersihan diri.

"Ritual dilakukan, pertama untuk membersihkan diri, dan kedua mengharapkan berkah dari Ratu Pantai Selatan. Mereka membaca doa-doa, termasuk ada doa dalam Bahasa Jawa, yang itu perlu kami dalami lagi tentang bacaan itu, nanti masuk dalam Kejawen seperti apa," imbuhnya.

Ritual mandi di laut selatan itu dilakukan dalam waktu-waktu tertentu.

Baca juga: Anak Pasutri yang Tewas Ceritakan Situasi Ritual di Pantai Jember: Tubuh Harus Terkena Ombak

Hasan dirawat di rumah sakit

Saat ditanya tentang kondisi Nurhasan, ketua kelompok itu saat ini, Hery mengatakan, pimpinan kelompok tersebut masih dirawat di RSD dr Soebandi Jember.

"Karena mengalami sesak napas dan terbentur batu karang. Nanti kalau yang bersangkutan sudah keluar dari rumah sakit, kami akan mintai keterangan," ujarnya.

Hery berjanji dalam waktu dekat pihaknya akan merampungkan penyelidikan kasus tersebut.

Jika memang ada unsur pidana, pihaknya segera melakukan tindakan tegas dengan menerapkan pasal dalam KUHP.

"Supaya ada efek jera dan kejadian serupa tidak terjadi," pungkas Hery.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Terjawab Sosok Sebenarnya Pimpinan Tunggal Jati yang Gelar Ritual Maut, Selalu Berselendang Hijau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Surabaya
Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Surabaya
Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Surabaya
Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Surabaya
Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Surabaya
Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Surabaya
Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Surabaya
Bendahara PNPM di Magetan Dijebloskan ke Sel

Bendahara PNPM di Magetan Dijebloskan ke Sel

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Surabaya
Maafkan Pria yang Tabrak Anaknya, Isa Bajaj: Dia Tak Sengaja Menyakiti Putri Saya

Maafkan Pria yang Tabrak Anaknya, Isa Bajaj: Dia Tak Sengaja Menyakiti Putri Saya

Surabaya
Pengamat soal Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres: Saatnya Fase Rekonsiliasi

Pengamat soal Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres: Saatnya Fase Rekonsiliasi

Surabaya
5 Kearifan Lokal di Jawa Timur, Ada Upacara Kasada dan Toron

5 Kearifan Lokal di Jawa Timur, Ada Upacara Kasada dan Toron

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com