Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pembatasan Alokasi Pupuk Bersubsidi, DPRD Kota Batu Sarankan Pemkot Surati Kementan

Kompas.com - 15/02/2023, 08:35 WIB
Nugraha Perdana,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Pemerintah pusat telah membatasi alokasi pupuk bersubsidi kepada petani dengan komoditas tanaman pangan tertentu.

Berdasarkan aturan yang diterbitkan pemerintah, pupuk bersubsidi dialokasikan kepada petani yang menanam sembilan komoditas, yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao, dan kopi.

Baca juga: Jembatan Bambu Wisata Kampung Anggrek di Kota Batu Ambrol, Akses Warga Terhambat

Sebelum aturan itu terbit, pupuk bersubsidi dialokasikan kepada petani yang menanam 70 komoditas.

Hal ini menjadi masalah karena rata-rata para petani di Kota Batu menanam apel, jeruk, dan sayuran. Komoditas itu tak sesuai dengan pengalokasian pupuk bersubsidi.

Wakil Ketua I DPRD Kota Batu Nurochman menyarankan Pemkot Batu bersurat ke Presiden Joko Widodo untuk mencari solusi dari persoalan yang ada.

Menurutnya, kebijakan pemerintah soal alokasi pupuk bersubsidi harus disesuaikan dengan kondisi pertanian di daerah. Nurochman menyebut, APBD Kota Batu tidak mampu memberikan bantuan sosial kepada para petani 

"Kebijakan pemerintah pusat tidak melihat kondisi yang ada di daerah, sedangkan di Kota Batu komoditasnya seperti apel, jeruk, sayuran, ini tidak sesuai, saran saya ke Pj Wali Kota Batu mengusulkan ke Pemerintah Pusat, bersurat ke Kementan ditembuskan ke Presiden untuk ada kebijakan khusus, itu harus by data, kami siap mengawal, kalau ditanggung daerah berat," kata Nurochman pada Selasa (14/2/2023).

Nurochman menambahkan, pembatasan alokasi pupuk bersubsidi juga menghambat upaya Pemkot Batu merevitalisasi keberlanjutan petani apel.

Dulu, Kota Batu terkenal dengan pertanian apelnya. Kondisi itu kini berbeda karena pertanian apel akan dinilai bakal punah jika tidak ada upaya penanganan serius dari Pemkot Batu.


Politisi PKB itu berharap pemerintah pusat bisa membantu keberlanjutan pertanian apel yang sudah menjadi ikon Kota Batu.

"Kita berharap ada perlakuan khusus ke Kota Batu, karena apel ini ikonnya Kota Batu, jadikan apel ini sebagai masalah nasional, sehingga akan terbit kebijakan nasional, sehingga harapannya ada subsidi pupuknya sesuai dengan lahan apel yang ada," katanya.

Nurochman menyebut, pembatasan alokasi pupuk bersubsidi tetap dapat dilakukan dengan menyesuaikan kondisi di daerah.

"Jadi sembilan komoditas itu disesuaikan dengan yang ada di daerah, kalau di Batu misal jeruk, apel, sayur, ya itu yang diberikan, jangan disamaratakan secara nasional, enggak sesuai," katanya.

Baca juga: Pemkot Berencana Hadirkan Kendaraan Wisata untuk Keliling Kota Batu

Ia khawatir, daya beli petani menjadi rendah jika tak ada solusi terkait masalah pupuk bersubsidi ini. Pendapatan petani dari akan berkurang karena beban operasional meningkat.

"Ketika pasca panen enggak ada jaminan dari pemerintah, karena high cost dan pada saat panen, hasilnya tidak sesuai, modalnya puluhan juta, hasilnya enggak sesuai," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Surabaya
Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Surabaya
Kesaksian Pedagang soal Tawuran Tewaskan 1 Pemuda di Wonokusumo: 100-an Remaja Bawa Senjata

Kesaksian Pedagang soal Tawuran Tewaskan 1 Pemuda di Wonokusumo: 100-an Remaja Bawa Senjata

Surabaya
Setor Rp 65 Juta demi Dipekerjakan ke Inggris, Warga Madiun Diduga Ditipu dan Lapor Polisi

Setor Rp 65 Juta demi Dipekerjakan ke Inggris, Warga Madiun Diduga Ditipu dan Lapor Polisi

Surabaya
Oknum Polisi di Tulungagung Diduga Terlibat Penyalahgunaan Narkoba

Oknum Polisi di Tulungagung Diduga Terlibat Penyalahgunaan Narkoba

Surabaya
Motor Remaja Banyuwangi yang Tercebur di Sungai Ditemukan, Korban Masih Dicari

Motor Remaja Banyuwangi yang Tercebur di Sungai Ditemukan, Korban Masih Dicari

Surabaya
Kasus Penggelapan Motor Adik Pedangdut Via Vallen Berujung Damai

Kasus Penggelapan Motor Adik Pedangdut Via Vallen Berujung Damai

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Sedang

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Museum Panji di Malang: Sejarah, Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Museum Panji di Malang: Sejarah, Koleksi, Harga Tiket, dan Jam Buka

Surabaya
Respons Bobby Saat Disinggung soal Menantu Presiden Usai Terima Satyalancana

Respons Bobby Saat Disinggung soal Menantu Presiden Usai Terima Satyalancana

Surabaya
Beredar Pesan Bupati Lamongan Minta Uang, Diskominfo: Penipuan

Beredar Pesan Bupati Lamongan Minta Uang, Diskominfo: Penipuan

Surabaya
Jaksa Tuntut Penjara 4-5 Tahun untuk 16 Pelaku Pengeroyokan Santri hingga Tewas di Blitar

Jaksa Tuntut Penjara 4-5 Tahun untuk 16 Pelaku Pengeroyokan Santri hingga Tewas di Blitar

Surabaya
Pura-pura Sewa Kamar, Pelaku Curanmor Beraksi di Kos Kota Malang

Pura-pura Sewa Kamar, Pelaku Curanmor Beraksi di Kos Kota Malang

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com