LUMAJANG, KOMPAS.com - Pondok Pesantren Asy-Syarifiy mengklarifikasi bahwa cairan Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida yang diminum salah satu santrinya, tersimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan.
Hal ini disampaikan setelah seorang santri bernama Dewangga mengalami masalah saluran pencernaan yang serius akibat mengonsumsi cairan berbahaya tersebut.
Dewangga, santri di Pondok Pesantren Asy-Syarifiy 01, Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diduga dipaksa teman-teman pondoknya untuk menenggak larutan asam klorida yang disimpan dalam botol minuman kemasan.
Akibat insiden ini, Dewangga harus menjalani perawatan intensif di berbagai rumah sakit, mulai dari Lumajang, Jember, hingga akhirnya dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya.
Baca juga: Pemkab Lumajang Tanggung Biaya Pengobatan Santri yang Tenggak HCL
Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syarifiy, Ahmad Syaifudin Amin, menjelaskan bahwa cairan tersebut disimpan dengan rapi di gudang SMK Asy-Syarifi dan jauh dari tempat santri mengaji.
Menurutnya, insiden tersebut terjadi saat jam mengaji sehabis sholat subuh, di mana ustad yang seharusnya mengajar sedang berhalangan hadir, sehingga santri memiliki kesempatan keluar kelas dan menuju ke gudang.
"Cairan itu ada di gudang dan memang untuk membersihkan lantai, tapi itu jauh dari tempat mengaji santri," kata Amin.
Amin menambahkan bahwa awalnya terduga pelaku menjadikan cairan tersebut sebagai mainan dengan mencampurkannya dengan pasir bangunan di sekitar pondok.
Namun, santri berinisial A kemudian melihat botol minuman soda dan berinisiatif memindahkan cairan tersebut ke dalam botol, lalu membawanya ke kamar.
"Botol bekas minuman seperti itu biasanya tidak pernah ada di tempat sembarangan. Namun, saat itu pondok sedang dalam masa penerimaan santri baru, sehingga banyak wali santri yang berkunjung dan diduga meninggalkan sampah tersebut," ujar Amin.
Baca juga: Ternyata Ada 3 Santri Ponpes Asy-Syarifiy Lumajang yang Tenggak HCL dari Temannya
Amin menegaskan bahwa kebersihan pondok pesantren sangat dijaga, dan kejadian ini merupakan hal yang tidak biasa.
"Itu kan yang dipakai wadah botol minuman soda, bisa dilihat sendiri pesantren kami sehari-hari sangat bersih tidak pernah ada sampah, waktu itu banyak wali santri kemungkinan tertinggal," tuturnya.
Ternyata, botol minuman bersoda itu menjadi petaka untuk Dewangga. Ia harus dirawat intensif akibat menelan larutan HCL yang disimpan di dalam botol itu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang