Usai lulus, ia sempat bekerja di sebuah toko kelontong. Dari situ, kemampuan desain grafis dan keahliannya memperbaiki laptop menarik perhatian seorang wakil rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya. Kemudian ia pun ditawari pekerjaan freelance di bagian IT kampus, hingga akhirnya resmi menjadi staf tetap.
Pada tahun 2016, ia melanjutkan kuliah S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Jaringan Cerdas Multimedia menggunakan tabungan hasil kerja.
Setelah lulus, ia diangkat menjadi Kepala Laboratorium dan kini menjabat sebagai Kepala Pusat Teknologi Informasi UM Surabaya. Saat ini, ia juga sedang dalam proses untuk melanjutkan S3 di kampus yang sama saat mengambil S2 lalu.
“Semua ini berkat doa ibu. Saya selalu bilang ke beliau 'doakan saya, Bu'. Doa ibu itu senjata saya,” imbuhnya lirih.
Meski telah sukses, Lukman Hakim tidak pernah melupakan asal-usulnya. Ia tetap mengunjungi panti asuhan yang menjadi bagian proses kehiduapnnya dengan membawa beras dan kebutuhan lain untuk adik-adik serta para pengasuh yang dulu membimbingnya.
“Saya ingin mereka tahu, asal kita dari mana tidak menentukan masa depan. Tapi fokus, kerja keras, dan doa yang membawa kita ke puncak,” katanya.
Kini baginya, panti asuhan bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari perjuangan, belajar tentang tanggung jawab, doa, dan keteguhan hati. Ia pun sampai saat ini tidak pernah malu menyebut dirinya anak panti karena dari sanalah ia belajar makna hidup yang sesungguhnya.
“Jangan pernah menyerah. Ibarat air yang direbus, panasnya menguap, tapi dinginnya bisa dinikmati banyak orang. Fokuslah, berdoa, dan jangan malu dari mana kita berasal,” pungkas Lukman Hakim.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang