SURABAYA, KOMPAS.com - Panti asuhan tak cuma menjadi tempat berlindung anak-anak yang tidak memiliki orangtua, tapi pun menjadi jembatan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin.
Salah satunya adalah Habibi, bocah laki-laki kelahiran Malang, Jawa Timur, yang harus berpisah dengan orangtuanya sejak berumur delapan tahun, dan menjalani kehidupan yang tidak pernah dia harapkan.
Habibi adalah anak ketiga dari empat saudara, dengan dua kakaknya yang duduk di bangku SMP dan SMK, serta adiknya yang masih balita.
Tidak diketahui pasti apa pekerjaan kedua orangtua Habibi, namun yang jelas, dia lahir dari keluarga yang serba kekurangan hingga memaksanya masuk ke panti asuhan.
Baca juga: 40 Tahun Cinta I Wayan Nika, Mengayomi Anak-anak Bali di Panti Asuhan
“Waktu itu mama bilang, ‘Habibi mau enggak masuk panti?’ Aku tanya, ‘Apa itu panti, Ma?’ Ya, panti itu kayak pondok pesantren tapi agak beda."
"Oh, mulai kapan? Ya, kalau bisa mulai hari Minggu. Diantar siapa? Sama mama,” jelas Habibi saat ditemui Kompas.com, Jumat (25/7/2025) lalu.
Akhirnya, pada awal tahun 2024, menjadi kali pertama Habibi dirawat di Panti Asuhan Ulul Azmi yang berlokasi di Jalan Raya Wiguna Timur, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur.
Di usianya yang masih belia, Habibi harus menerima kenyataan pahit itu, yang tentu membuatnya syok.
Salah satu pengurus panti asuhan, Umi Fadilah, mengatakan, sekitar dua hari setelah kepindahan, Habibi berusaha melarikan diri dari panti, tetapi berhasil ditemukan kembali.
“Waktu itu dia sambil nangis teriak-teriak bilang, ‘Aku kangen mama, aku mau mama’. Ya, sebenarnya kasihan sih, Mbak, tapi mau gimana lagi, keluarganya juga kurang mampu,” ujar Umi.
Baca juga: Besar di Panti Asuhan, Umi Fadilah Kini Mengabdikan Hidupnya Menjadi Pengasuh
Akhirnya, pihak panti asuhan memberikan pengertian kepada Habibi bahwa jika keadaan menjadi lebih baik, maka dia dapat kembali lagi dengan keluarganya.
“Ya, kita beri pengertian, mungkin Habibi ditaruh di sini dulu, nanti kalau mama sudah ada rezeki, Habibi bisa sekolah di rumah (di Malang) lagi, bisa ikut mama lagi. Semenjak itu, sudah enggak pernah ngerengek lagi sih,” kata dia.
Habibi menuturkan, kala itu ibunya hanya menyampaikan bahwa dirinya harus tinggal di panti asuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Mama bilangnya Habibi harus tinggal di sini biar lebih pintar, bisa ngaji, bisa sekolah,” kata Habibi.
Sang ibu selalu mengunjunginya setiap dua minggu sekali dan saat libur sekolah tiba.