Akibatnya, Wani harus menempuh jarak 2,5 jam untuk bisa tiba di rumah sakit.
Di atas perahu nelayan itu, Moh Wani menggunakan oksigen dan dipasang infus dengan kapal yang digoyang ombak.
Baca juga: Kisah Malang Seorang Pasien Gagal Ginjal di India, Meninggal Saat Cuci Darah karena Listrik Padam
Bahkan, angin menembus tubuh Wani yang hanya dibalut selimut.
"Bapak selama di perahu kondisinya kritis, engap-engapan dan masih diinfus. Kami ditemani satu perawat dari Puskesmas Mandangin," katanya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Mandangin, drg Rina Dewiyanti mengatakan bahwa saat ini anggaran bahan bakar untuk ambulans boat yang biasa digunakan oleh pasien dari Pulau Mandangin ke rumah sakit di kota telah habis akibat efisiensi.
"Biasanya setahun masih ada, namun sekarang sudah habis sejak April lalu karena efisiensi," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang