Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meninggal Dunia, Pasien Kritis yang Dirujuk Pakai Perahu Nelayan karena Ambulance Boat Tak Beroperasi

Kompas.com, 9 Juli 2025, 09:11 WIB
Yulian Isna Sri Astuti,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SAMPANG, KOMPAS.com - Moh Wani (67), warga Pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, yang sebelumnya kritis dan dirujuk ke rumah sakit menggunakan perahu nelayan, kini meninggal dunia setelah mendapat perawatan selama tiga hari di rumah sakit.

Jenazah lalu dibawa pulang oleh pihak keluarga menggunakan kapal pelayaran rakyat (pelra) menuju Pulau Mandangin.

Menantu Moh Wani, Moh Jalil (34), mengatakan bahwa setelah ayah mertuanya dirujuk menggunakan perahu nelayan pada Kamis (3/7/2025) dalam kondisi kritis, Wani dirawat di Rumah Rakit Qonaah Sampang selama tiga hari.

"Bapak mertua tutup usia tanggal 6 kemarin pukul 16.00," ujarnya, Rabu (9/7/2025).

Baca juga: Ambulance Boat Tak Miliki Anggaran BBM, Pasien asal Pulau Mandangin Kritis Tempuh 2,5 Jam ke Rumah Sakit Pakai Perahu Nelayan

Jalil mengatakan, berdasarkan diagnosis dokter yang menangani, kondisi Wani sudah memburuk dan mengalami gagal ginjal stadium 5.

Bahkan, kadar gula di tubuh Wani cukup rendah, di bawah batas normal.

Hal itulah yang menjadi penyebab Wani mengembuskan napas terakhirnya.

"Kata dokter, gagal ginjal stadium 5 dan kadar gulanya sangat rendah," katanya. 

Setelah Wani dinyatakan meninggal, pihak keluarga lalu membawa pulang jenazah menggunakan kapal pelra menuju Pulau Mandangin.

Jenazah ditutup selimut dan dibawa ke atas kapal.

"Kami naik kapal pelra, kebetulan ada di Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin. Untuk jarak tempuhnya 1 jam 30 menit," katanya. 

Karena adanya keterbatasan transportasi khusus untuk layanan kesehatan ini, ia berharap Pemerintah Kabupaten Sampang memberikan perhatian pada masyarakat Mandangin.

Baca juga: Pasien Pulau Mandangin Terpaksa Sewa Perahu untuk Berobat akibat Ambulance Boat Tak Beroperasi

Dengan demikian, tidak ada lagi pasien kritis yang butuh rujukan ke rumah sakit menggunakan perahu nelayan.

"Harapan saya masyarakat Mandangin lebih diperhatikan oleh Pemkab Sampang, terutama speedboat lebih dioptimalkan lagi, agar bisa digunakan dalam kondisi darurat," ujarnya.

Sebelumnya, Moh Wani dalam kondisi kritis dirujuk ke rumah sakit menggunakan perahu nelayan.

Akibatnya, Wani harus menempuh jarak 2,5 jam untuk bisa tiba di rumah sakit.

Di atas perahu nelayan itu, Moh Wani menggunakan oksigen dan dipasang infus dengan kapal yang digoyang ombak.

Baca juga: Kisah Malang Seorang Pasien Gagal Ginjal di India, Meninggal Saat Cuci Darah karena Listrik Padam

Bahkan, angin menembus tubuh Wani yang hanya dibalut selimut.

"Bapak selama di perahu kondisinya kritis, engap-engapan dan masih diinfus. Kami ditemani satu perawat dari Puskesmas Mandangin," katanya. 

Sementara itu, Kepala Puskesmas Mandangin, drg Rina Dewiyanti mengatakan bahwa saat ini anggaran bahan bakar untuk ambulans boat yang biasa digunakan oleh pasien dari Pulau Mandangin ke rumah sakit di kota telah habis akibat efisiensi.

"Biasanya setahun masih ada, namun sekarang sudah habis sejak April lalu karena efisiensi," ujarnya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau