Jenazah lalu dibawa pulang oleh pihak keluarga menggunakan kapal pelayaran rakyat (pelra) menuju Pulau Mandangin.
Menantu Moh Wani, Moh Jalil (34), mengatakan bahwa setelah ayah mertuanya dirujuk menggunakan perahu nelayan pada Kamis (3/7/2025) dalam kondisi kritis, Wani dirawat di Rumah Rakit Qonaah Sampang selama tiga hari.
"Bapak mertua tutup usia tanggal 6 kemarin pukul 16.00," ujarnya, Rabu (9/7/2025).
Jalil mengatakan, berdasarkan diagnosis dokter yang menangani, kondisi Wani sudah memburuk dan mengalami gagal ginjal stadium 5.
Bahkan, kadar gula di tubuh Wani cukup rendah, di bawah batas normal.
Hal itulah yang menjadi penyebab Wani mengembuskan napas terakhirnya.
"Kata dokter, gagal ginjal stadium 5 dan kadar gulanya sangat rendah," katanya.
Setelah Wani dinyatakan meninggal, pihak keluarga lalu membawa pulang jenazah menggunakan kapal pelra menuju Pulau Mandangin.
Jenazah ditutup selimut dan dibawa ke atas kapal.
"Kami naik kapal pelra, kebetulan ada di Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin. Untuk jarak tempuhnya 1 jam 30 menit," katanya.
Karena adanya keterbatasan transportasi khusus untuk layanan kesehatan ini, ia berharap Pemerintah Kabupaten Sampang memberikan perhatian pada masyarakat Mandangin.
Dengan demikian, tidak ada lagi pasien kritis yang butuh rujukan ke rumah sakit menggunakan perahu nelayan.
"Harapan saya masyarakat Mandangin lebih diperhatikan oleh Pemkab Sampang, terutama speedboat lebih dioptimalkan lagi, agar bisa digunakan dalam kondisi darurat," ujarnya.
Sebelumnya, Moh Wani dalam kondisi kritis dirujuk ke rumah sakit menggunakan perahu nelayan.
Akibatnya, Wani harus menempuh jarak 2,5 jam untuk bisa tiba di rumah sakit.
Di atas perahu nelayan itu, Moh Wani menggunakan oksigen dan dipasang infus dengan kapal yang digoyang ombak.
Bahkan, angin menembus tubuh Wani yang hanya dibalut selimut.
"Bapak selama di perahu kondisinya kritis, engap-engapan dan masih diinfus. Kami ditemani satu perawat dari Puskesmas Mandangin," katanya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Mandangin, drg Rina Dewiyanti mengatakan bahwa saat ini anggaran bahan bakar untuk ambulans boat yang biasa digunakan oleh pasien dari Pulau Mandangin ke rumah sakit di kota telah habis akibat efisiensi.
"Biasanya setahun masih ada, namun sekarang sudah habis sejak April lalu karena efisiensi," ujarnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/09/091113378/meninggal-dunia-pasien-kritis-yang-dirujuk-pakai-perahu-nelayan-karena