Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secarik Kisah Remaja Ponorogo yang Mendalami Budaya Keris, Ada Cerita Sejarah di Balik Sebilah Keris

Kompas.com, 27 Juni 2025, 08:55 WIB
Sukoco,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

Sejarah Ponorogo

Irfan mengaku saat ini sedang mempelajari keris zaman Kerajaan Wengker, sebuah kerajaan awal sebelum terbentuknya Ponoorgo yang berdiri pada 896 masehi hingga 1037 dipimpin Raja Ketut Wijaya.

Kerajaan Wengker merupakan cikal bakal Ponorogo yang mewarnai adat istiadat, budaya, dan membentuk karakter Ponorogo.

“Kerisnya juga memiliki kekhasan sendiri karena rancang bangunnya berbeda dengan keris pada zaman itu. Biasanya bilah keris dari wilayah Jawa Tengah itu lebih kecil tapi keris khas Ponorogo itu lebih besar."

"Kita langsung tahu ketika keris itu dijajar dengan keris lain karena bentuknya lurus dan ukurannya besar. Kita menyebutnya wengker sesuai era kerajaannya,” ungkap Irfan.

Dari bilah keris Irfan mengaku mendapatkan sejarah perjalanan dari sejumlah wilayah kabupaten di Ponorogo yang sempat mbalelo pascaperang Diponegoro tahun 1830-an.

Baca juga: Kiper Timnas Emil Audero Sapa Warga Lombok, Terima Keris Ikonik Khas Lombok

Kala itu pemerintah Belanda akan memperkecil pengaruh mereka seperti Kadipaten Ponorogo Kuto Wetan, Kadipaten Pedanten, Kadipaten Polorejo Kuto dan Kadipaten Sumoroto Lor.

Namun adipati Sumoroto Lor memilih membangkang dan mengancam, para jawara warok akan melawan jika kehendak pemerintahan Belanda tetap dipaksakan.

“Ponorogo terkenal dengan warok yang memiliki ilmu beladiri. Ketika mereka menolak keinginan pemerintaha Belanda mempersatukan mereka, itu sebuah simbol kekuatan perlawanan terhadap kehadiran penjajah,” urainya.

Cerita bilah keris wengker juga mengisahkan bagaimana awal penetapan pusat kekuasaan Kabupaten Ponorogo di kawasan yang dijadikan pusat pemerintahan saat ini.

Penyatuan pusat kekuasaan dari 4 kadipaten dilaksanakan pada tahun 1837 Bulan Suro dalam penanggalan Jawa.

Penyatuan pusat pemerintahan dilakukan salah satunya adalah tidak adanya penerus penguasa di Ponorogo Kuto Wetan.

“Prosesi boyongan kota lama ke kota baru ditandai dengan grebeg Suro yang terus diperingati sampai saat ini."

"Pusat pemerintahan baru Ponorogo atau Adipati Kuto Tengah pada waktu itu dipimpin oleh Kanjeng Raden Mas Adipati Merto Hadi Negoro, dulunya bernama Raden Mas Baroto yang asalnya dari daerah Caruban Kuncen  Madiun,” ujar Irfan.

Pusaka keris, menurut Irfan, tidak pernah lepas dari proses penting sebuah kekuasaan pada zaman dahulu.

Baca juga: 19 April Bakal Dicanangkan Sebagai Hari Keris Nasional

Baik saat pergolakan perang maupun perubahan tampuk pimpinan wilayah kerajaan karena selain sebagai senjata pertahanan diri juga sebagai simbol kekuasaan yang dibuat empu dengan menyesuaikan karakter sang pemilik.

Bahkan proses pembuatan keris bisa memakan waktu tahunan untuk menghasilkan keris yang memiliki yoni yang kuat menggambarkan sang pemilik.

“Setiap Gerebeg Suro pasti diikuti dengan prosesi kirab Bedol Pusoko yang digelar menyambut malam 1 Suro. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur sebagai simbol sejarah berdirinya Kabupaten Ponorogo,” ucapnya.

Irfan mengaku akan terus menggali cerita di balik sebilah keris dan akan membagikan cerita tersebut kepada generasi muda karena mereka bisa menggali asal usul nenek moyang melalui keris.

"Masih banyak cerita yang harus digali. Kalau bukan kita siapa lagi,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau